"Kebenaran adalah berani, dan kebaikan tidak pernah takut." -William Shakespeare_Measure for measure-

Selasa, 27 Desember 2011

Surat dari Langit #3

Hari ini tanpa muram dan tertatih-tatih. Bintang-bintang sedang bahagia. Mereka akan menari malam ini. Aku akan menyediakan panggungnya. Berikan hatimu malam ini agar kita bisa menikmati kebahagiaan bersama bintang.

Dengan kesibukan yang membabi buta.
Langit.

***

Aku menumpuk jerami-jerami untuk alas tidur. Kata langit, bintang sedang bahagia malam ini. Jadi, ingin tidur ditemani bintang yang sedang bahagia.
Bintang-bintang menari. Musiknya mulai mengalun. Bulan memandang dari kejauhan. Lalu bintang-bintang seakan lupa daratan. Mereka bersekutu mengukir rangkaian wajah demi wajah. Oh, tidak. Mereka membentuk wajah yang kurindukan dan tidak bisa kusentuh.
Aku berhenti menumpuk jerami. Aku mulai menumpuk kapuk. Aku butuh menangis diantara gundukan kapuk. Sementara bintang masih menari dan meninggalkan jejak wajah terkasih.
Langit, aku tidak ikut berbahagia. Tarian bintang memilin hati. Bubarkan panggungnya supaya aku berhenti menangis dan kapuk-kapuk tidak lagi menempeli wajahku. 

Yang sedang menangis membabi buta.
Teman Langit.
***

images from here

Read: Surat dari Langit #1
          Surat dari Langit #2

Sabtu, 24 Desember 2011

GOLD CHRISTMAS

Santa, apa kau tidak bosan dengan warna merah? 
Emas. Warna emas akan terlihat mewah untukmu. 
Aku sudah meletakkan kaus kaki emasku di pintu kamar. 
Jangan masuk lewat cerobong karena di rumahku tidak ada cerobong asap. 
Coba masuk lewat atap. Ada atap terbuka di sudut rumah. Semoga cukup besar untukmu. 
Hati-hati dengan hujan. Disini hujan air, bukan salju.
Aku memohon hujan salju. Salju emas. Tapi permohonanku tidak lolos. 
Hati-hati tergelincir. Jalan sedang licin. 
Aku juga meletakkan surat. Surat untuk Tuhan. Letaknya di meja tamu. Pastikan kau melihatnya. 
Santa, jangan lupa. Pakai warna emas ketika kau kerumahku. Pasti akan sangat indah. 
Oh ya. Santa, bagaimana jika kau membawa Golden Retriever sebagai ganti rusa?
Ini pasti akan menjadi Natal emas yang indah dan hangat. 
Selamat malam, selamat berkunjung kerumahku. 


Si gadis berhati emas.
images from here

Jumat, 23 Desember 2011

Curhat Galau dan Random

Peringatan: Ini curahan hati maha panjang dan agak tidak penting. Bagi yang sedang sibuk silahkan berhenti membaca sampai disini. Penulis tidak menerima caci maki pembaca akibat kebosanan dalam membaca tulisan ini. Terimakasih.


Saya sedang berada di titik jenuh dan kebosanan akut. Inilah hal yang paling saya takutkan karena berpotensi menambah berat badan dan lingkar pinggul. Tapi saya bersyukur karena akhirnya boleh memahami perasaan para pengangguran seksi pasca lulus. Saya kehabisan kegiatan untuk dilakukan sejak resmi menyandang gelar. Mencari pekerjaan bukannya sangat sulit, tapi malasnya setingkat langit. Mungkin ini yang disebut sindrom too much holiday. Akhirnya, untuk memulai sesuatu (bahkan yang sangat penting) pun jadi ogah-ogahan. Jangan singgung tentang tanggung jawab. Saya cukup mengerti tentang arti tanggung jawab. Orang-orang yang kurang kerjaan disekitar saya sedang berlomba-lomba menyindir saya yang menurut analisis hebat mereka bahwa saya ini pemalas. Benar juga sih. Saya sering komat-kamit pada Tuhan di siang bolong seperti mengucapkan kalimat sakral. "Tuhan berikan saya pekerjaan. Tuhan berikan saya pekerjaan." Sementara saya sendiri belum melakukan prosesnya secara maksimal. Mungkin ini yang disebut ketidakseimbangan antara berdoa dan berusaha. Akhirnya saya memutuskan untuk memulai dari awal dan berjanji di hadapan cermin keramat di lemari saya bahwa saya akan berusaha semaksimal mungkin hingga titik darah penghabisan. Lalu keesokan paginya saya bangun kesiangan. Lalu jadwal kembali kacau. Ah, pasti ini yang disebut dengan galau.
Saya punya usaha keluarga. Yah, seperti keluarga Chinese pada umumnya. Titah dari ibu suri (baca: mama) adalah melanjutkan usaha keluarga (baca:jaga toko) tapi hambatannya adalah betapa berbedanya konsep yang ingin saya terapkan dengan konsep lawas ibu suri. Lalu ibu suri menawarkan kebebasan berkonsep dalam usaha keluarga ini (baca: dibukain toko sendiri). Eh, saya belum siap. Ah, pasti ini yang namanya labil.
Semua teman dan keluarga menyayangkan tindakan saya. Lalu saya di cap pemalas lagi. Bagaimana caranya menjelaskan bahwa saya tidak (atau BELUM) berminat dengan bisnis wirausaha seperti ini?
Saya suka dunia broadcasting. Ingin meletakkan mimpi pada dunia ini. Tapi kebutuhan hidup terlalu banyak. Ada beberapa prioritas yang ternyata BELUM cocok dengan habitat dunia broadcasting. Jika dipaksakan saat ini, maka beberapa prioritas penting justru akan terkorbankan.
Bagaimana dengan menulis? Saya menikmatinya. Menulis adalah bagian dari hidup saya yang lain meskipun EYD tidak sempurna dan sistem SPOK pada tulisan-tulisan saya sangat tidak jelas. Saya bukan jebolan anak sastra. Jika harus sesuai sistematis, saya baru bisa mengikuti sistematis penulisan hard news yang berdasarkan 5W+1H. Novel? Saya belum se-master teman-teman blogger yang hebat-hebat ini. Jadi, pekerjaan sebagai novelis dengan berat hati harus saya coret dari list hunting job saya.
Saya baru pindah rumah. Rumah yang dulu rencananya akan menjadi rumah masa tua orangtua saya. Karena itu mereka membeli rumah di daerah yang agak jauh dari pusat kota. Masalahnya, letak rumah ini jauh dari pusat pergaulan saya (Cieh! orang gaul!). Jiwa muda saya yang masih labil ini cukup memberontak karena jauh dari peradaban pusat kota dan jauh dari peradaban para kumpulan bening (baca: Mr. Muscle-sixpack man). Pekerjaan yang saya incar dan sesuai dengan bakat dan ambisi saya pun akhirnya terasa jauh untuk dijangkau. Sehingga akhirnya ini menjadi alasan maha penting bagi saya tentang urusan tetekbengek tertundanya berburu pekerjaan.
Oke. Saya mengaku. Pada intinya, akar dari kegalauan dan kelabilan darah muda saya adalah malas. Saya sudah terbenam sedalam pinggul lebar saya dalam jurang kemalasan. Untuk keluar, butuh kayu jati (atau kayu lain) yang kokoh agar bisa menjadi pegangan saya ketika saya menarik diri dari jurang yang sedang menjadi tren para fresh graduate ini.
Kerena itu saya menyadari kekurangan saya dan kebenaran dari para "judgers" tentang saya anak yang malas. Tulisan ini murni tentang curahan hati si pemalas. Ladies and gentleman, bahkan pemalas pun butuh curhat. Nanti malam, saya akan menemui cermin keramat di lemari saya. Memperbaharui janji dan memulai yang lebih baik besok. Doakan agar besok pagi saya tidak bangun kesiangan.
Baiklah. Curahan hati mulai tidak jelas. Dan sekarang saya bingung memilih kalimat-kalimat yang tepat untuk mengakhiri tulisan ini. Ah, yasudah. Mari kita memaksimalkan yang belum maksimal. Ada yang bersedia mengulurkan kayu jati untuk saya? *pake iket kepala*

images random from google


Rabu, 21 Desember 2011

Tetap Sama

Tudinglah titik dan koma dengan tanda seru yang banyak. Mereka tetap sama dan tidak akan berubah menjadi tanda petik. Titik.
images random from google
 

Minggu, 18 Desember 2011

PR dari Gloria Putri

Postingan kali ini enggak pakai bahasa menye-menye dan pilihan kata yang (katanya) susah dimengerti ya. *senyumbahagia*

Dalam rangka menyelesaikan "PR" yang diberikan oleh GLO , maka munculah tulisan ini. Jadi perintah si ibu guru Glo: menjabarkan 11 hal tentang saya dan menjawab 11 pertanyaan yang diberikan oleh Glo.
Yes! satu kesempatan lagi untuk bernarsis ria setelah setengah puas mengerjakan tugas dari Inez (ngomong-ngomong, perempuan yang satu ini kemana ya?) dengan judul Little (from much) facts about me. Rasa-rasa seperti artis terkenal aja disuruh menjabar-jabarkan begini. Hihihi. Oh maaf ibu glo, baru bisa menunaikan PR nya sekarang. Kemarin-kemarin sibuk ngeksis di tempat lain dulu. *Biggrin*
Here we go!

1. Bulan lahir saya adalah bulan Desember. Aha! bulan ini dong!

2. Kesibukan saya saat ini: sibuk melototin iklan lowongan kerja di internet dan sibuk mempercantik diri.

3. Saya benci hujan. Titik.

4. Saya suka kain chiffon dan stilleto.

5. Keinginan ter-update saya saat ini adalah ingin punya rumah di pusat kota dengan 4 kamar tidur dan 1 kamar tidur utama (yaitu kamar saya) dilengkapi dengan walk-in-closet. Saya sedang tergila-gila dengan konsep walk-in-closet. YEAH!

6. Saya sedang mencari orang yang menciptakan konsep kopling dan gas dalam mengendarai mobil. Siapa dia?! SIAPA?! NGAKU! Huh!

7. Saya addicted dengan historical romance novel. Selain romantis abezz (bahasa anak gahol sekarang), saya suka dengan peradaban abad 18 di Inggris dan sekitarnya. :)

8. Sedang montok. Haish. Dilema yang belum terselesaikan hingga sekarang. *Sigh*

9. Saya sedang rindu kegiatan memotret dan dipotret.

10. Saya TIDAK AKAN PERNAH NYAMAN dengan orang bermuka dua (bukan dalam arti harafiah). Orang-orang seperti ini sebaiknya menghilang dari hadapan saya atau saya buat mukanya jadi tiga (boleh dalam arti harafiah). #kode *Senyum manis*

11. Long Distance Relationship. Ah, galau total. Gak jadi nulis tentang ini deh. *memandangi langit*

Lalu, ini sebelas pertanyaan dari ibu Glo,

1. Tak kenal maka tak sayang, boleh dong kasih tahu nama panjangnya?
"Fera Maria B. Suliyanto"

2. Siapa penulis favoritmu? Kenapa?
"J.K. Rowling. Beliau bisa membuat cerita sedemikian rupa. Coba baca lebih detail novel Harry Potter 1-7. Keren deh."

3. Hal apa yang sukses membuat kamu sampai jadi manusia galau nan cengeng?
"Kenangan mendiang papa dan kakak. Cerita perjuangan hidup mama dari kecil hingga saat ini. Status. Drama korea."

4. Siapa inspirasi kamu berkarya? Kenapa?
"Tuhan. Segala kejadian yang Ia ijinkan terjadi disetiap kehidupan manusia, biasanya bikin hati "melongo" dan bikin jantung maknyes."

5. Apa buku / novel favorit kamu yang sampai kucel pun masih tetep bakal kamu baca berulang-ulang?
"Alkitab. Harry Potter. Buku English grammar."

6. Apa hadiah paling berkesan dari orang terkasih (boleh ortu, pacar,. saudara, atau teman)?
"Cincin. *Senyum malu-malu*"

7. Kamu narsis? kira-kira kalau dinilai dari 0-10, kadar narsis kamu diangka berapa?
"Ah, rata-rata kok. Enam koma Lima boleh lah."

8. Kalau kamu boleh memilih, kamu mau terlahir jadi siapa? kenapa?
"Jadi Anaknya Donald Trump. Kenapa? Gak perlu bingung cari kerja kayak sekarang ini. Voila!"

9. dan kalau kamu terlahir jadi atlet SEA GAMES dan dapat medali emas lalu dapat bonus 200juta, apa yang akan kamu lakukan dengan bonus kamu?
"30 juta untuk membiayai mama ziarah Israel. 20 juta untuk deposito. 100 juta untuk expand usaha keluarga. 50 juta untuk lain-lain."

10. Siapa yang akan jadi orang pertama kamu membagi kebahagiaan dan sedih? kenapa dia?
"ini kebahagiaan dan sedih satu paket ya? kalo satu paket, orang pertama yang akan saya bagikan adalah si pacar *blushing*. Kenapa dia? kenapa ya? Mungkin saat ini emang waktunya untuk dibagikan ke dia kali ya. Hihihi."

11. Kapan pertama kali ngegebet lawan jenis? TK, SD, SMP, SMA, atau ketika kamu kuliah?
"Waktu SD. Yaoli, senyum-senyum kecut deh kalo nginget moment memalukan itu. Sok-sok an sliwar-sliwer di depan kelas si gebetan supaya di lirik. Sengaja ikut ekstrakurikuler yang sama supaya dilirik. Mamak! udah ah! Malu! "

Udah nih? Segini aja? Gak ada pertanyaan lain nih?
Oke berarti lunas sudah tugas saya ya, ibu guru Glo. Ini aturannya harus lempar ke temen blogger yang lain ya? Baiklah saya lempar ke siapa saja yang ingin mendeskripsikan 11 hal tentang dirinya sendiri. Lumayan, numpang tenar boleh dong ya. :)
Selamat berkarya dan bernasis ria teman-teman blogger!

-end-

images from here

Minggu, 04 Desember 2011

Aku, Tuhan, Lilin, dan Permohonanku.

"Tuhan, Tuhan, aku ingin semua yang Kau ambil daripadaku, dikembalikan dengan sempurna ke hadapanku." Kata seorang anak kecil ketika ia diminta membuat permohonan sebelum meniup lilin dan memotong kuenya.
"Benar begitu? Tidak ingin yang lebih baik dari semua itu?" Jawab Tuhan sambil tersenyum.
Anak kecil itu nampak berpikir keras. "Adakah yang lebih baik dari semua itu?" Tanya si anak dengan lidah cadelnya.
"Selalu ada." Jawab Tuhan dengan singkat.
"Sebenarnya aku tidak menginginkan apa-apa lagi selain yang kemarin Kau ambil dariku." Jawab anak kecil itu sambil memandangi lilinnya.
"Benar begitu? Tidak mau yang lebih baik?" Jawab Tuhan, lagi.
"Jangan membuatku bingung, Tuhan." Kata anak kecil sambil mengerucutkan bibirnya.
"Hahaha. Tiup saja lilinnya, nak. Jangan membuat permohonan jika kau bingung. Tanpa membuatnya pun kau tetap mendapat bagianmu yang terbaik. Ingat? Yang terbaik." Jawab Tuhan sambil mengelus rambut si anak.
Anak kecil dengan baju krem dan celana kuning itu meniup lilinnya. Pada akhirnya, tidak membuat permohonan.
Lilinnya mati dan seketika gelap. Dan hening
"Tuhan, aku tidak suka makan kue dalam gelap. Aku bahkan tidak bisa memotongnya." Kata anak kecil itu.
Lalu Tuhan menyalakan lilin. Lilin-lilin yang diletakkan disetiap sudut ruangan lembab itu.
"Darimana lilin-lilin itu? Aku tidak ingat punya persediaan lilin untuk ruangan ini. Aku juga tidak ingat punya pemantik untuk menyalakannya!" Jerit si anak dengan kaget.
Tuhan tersenyum. Ia menyerahkan pisau pada si anak.
"Potong kuenya, nak. Kau bisa memotongnya sekarang. Aku suka strawberry. Berikan padaku bagian yang berisi strawberry itu."
Anak kecil itu masih heran. Tidak berhenti sebelum ia mendapatkan jawaban atas lilin-lilin itu.
"Darimana itu semua, Tuhan?" Geram si anak.
"Aku yang menyiapkannya saat kau tidur. Aku tahu inilah yang paling kau butuhkan hari ini. Lilin dan terang." Jawab Tuhan dengan santai sambil menikmati kue strawberry itu.
Anak kecil memotong kuenya lagi. Mengambil bagian yang cokelat. lalu memakan untuk dirinya sendiri.
"Aku mencintaimu Tuhan. Kau tau itu?" Kata si anak sambil memakan kue cokelatnya.
"Aku tahu. Omong-omong, ada cokelat di gigimu."
Mereka tertawa bersama-sama sambil menikmati kue di ruangan yang terang penuh lilin.

images from here

Kamis, 01 Desember 2011

December, Hello.

Halo, Desember. 
Tidak ingin melihatmu meski banyak yang menunggumu. 
Nenek beruban sudah siap dengan jarum dan benang rajutannya. Para kakek dan ayah sudah siap dengan sekopnya. Para ibu sudah siap menimbang kalkun. Anak-anak bersemangat dengan bola-bola berwarna silver dan merah. Di luar sana dan di dalam sini, salju dan hujan siap turun. 
Tapi, Desember, di belahan bumi yang lain, disudut kota yang sedikit sepi, ada hati yang tidak siap denganmu. Ada hati yang tidak bersemangat karenamu. Ada hati yang menganggap kedatanganmu terlalu cepat. Ada hati yang berharap kau tidak datang. Sebut saja keluhan, tidak bersyukur. Terserahmu saja.
Hei Desember, tidak semua suka denganmu. Tapi jangan khawatir. Hanya segelintir mereka yang mencoba menghadangmu, meski kau tidak bisa dihadang. Lebih banyak yang menantimu. Yang segelintir, yang minoritas, mungkin akan menjadi fleksibel, pada akhirnya. Terpaksa menyukaimu. Menunggu kejutan darimu. Jangan sinterklas. Dia terlalu merah dan buncit untuk rumah mungil. 
Emas. Ingin yang berwarna emas untuk hari-harimu. 
Bisakah menjadikan salju dan hujan berwarna emas, Desember?

this image from here

Minggu, 27 November 2011

Keinginan dan Ego.

Kebutuhan versus keinginan.
Tanggung jawab versus ego.
Kedewasaan versus kekanakan. 


Jika ego yang menang, maka inginnya menyingkirkan tanggung jawab. Jika keinginan yang menang, maka harapannya bisa menjadi kebutuhan. Jika kekanakan yang menang, maka inginnya tidak ada kedewasaan. 
Betul, ini tentang keinginan dan ego. Bisa jadi keduanya adalah kembar identik. Serupa tapi tak sama. Bukan masalah genting jika tidak ada embel-embel seperti tanggung jawab, kebutuhan, kedewasaan, dan kroni-kroninya. Bukan masalah yang luar biasa jika hidup hanya sendiri, tanpa orang lain, tanpa lingkungan. Masalahnya, untuk hidup damai, kadang-kadang keinginan dan ego harus disingkirkan. Masalahnya (lagi), hidup ini tidak sendiri. Selalu ada orang lain biar dikata rasanya seperti sendiri.
Lalu, kata orang bijak: "itu pilihan."
Kata saya: "seperti dihimpit semak belukar. Sekian."


images from here



Sabtu, 26 November 2011

CHOICE.

"Even God has ability to unite us, when human has chosen not to, then they won't."
(-Beloved Jimmy Tumbelaka-)

images from here

Senin, 21 November 2011

Gadis Berkepang Dua. dan Hujan

Jangan hujan!
Gadis berkepang dua ingin menari. Menari diatas jalan beraspal yang hangat. Abu-abu dengan garis putih.
Menari lincah diatasnya. Kaki kiri menapak, kaki kanan melayang. Kaki kanan menapak, kaki kiri melayang. Lalu, kaki kanan dan kaki kiri menapak jalan beraspal bersama-sama. Tujuh, Delapan, Sembilan. Begitu hitungannya. Deru motor dan klakson mobil. Musik indah itu. Tambahkan bel sepeda dan knalpot sombong. Teriakan histeris para pengemudi. Tepat! Itu liriknya!

Jangan hujan!
Gadis berkepang dua tidak suka menari bersama hujan. Gadis berkepang dua tidak suka hujan.
Sendu. Basah. Lepek. Dingin. Malas. Beku.
Menyebalkan.

Jangan hujan!
Gadis berkepang dua ingin menari. Menari dengan panas. Silau dan menyengat. Menari lincah bersamanya. Kaki kiri menapak, kaki kanan melayang. Kaki kanan menapak, kaki kiri melayang. Lalu, kaki kanan dan kaki kiri menapak jalan beraspal bersama-sama. Tujuh, Delapan, Sembilan. Begitu hitungannya. Bunga matahari. Kelopak demi kelopak dipetik sempurna dan disematkan di kepang-kepangnya. Tepat! Itu mahkotanya!

Jangan hujan!
Gadis berkepang dua akan sedih. Label: Gila dan bodoh. Mereka menyebutnya begitu.
Oh tidak. kamu pun menyebutnya begitu. Gadis berkepang dua, gila dan bodoh.
Sudahlah. Beri label sesukamu. Asal jangan hujan. Gadis berkepang dua akan berhenti menari jika hujan.
Cerianya akan hilang bersama matahari. Lalu, tidak ada lagi tawa tegar ditengah padang belukar.





Jumat, 18 November 2011

Serba-serbi Luka

Mereka ada di dekatmu. Seringnya menyakiti hatimu yang hanya satu. Jangan pusing dengan urusan "disengaja" atau "tidak disengaja" karena pada akhirnya hati tetap luka. Di suatu waktu manusia-manusia ini menangis tersedu-sedu, merasa hatinya disakiti, olehmu. Lalu mulut-mulut kecil berkoar bahwa kamu tidak pernah mengerti. "Kamu tidak pernah berada diposisiku!" Teriak mereka dengan lantang. Jari kirinya menuding moralmu. Tangan kanannya menarik jubah hakim. Kamu dihakimi. Kamulah orang paling kriminal dimuka bumi. Satu-satunya makhluk yang tidak punya hati karena tidak pernah bisa mengerti tentang "posisi". Kamu harus mengerti. Kamu harus paham. Peduli setan, hatimu sakit dan tertusuk karena tudingan. Kamu orang bersalah. Titik. 

Anggap saja benar. Mengaku saja pernah melakukannya. Lalu minta pengampunan pada siapa? Siapa yang mengerti hati yang satu ini? Mulut ditempel plester tanda dilarang bersuara. Sekali salah tetap salah. Sekali tidak mengerti tetap tidak mengerti. Jangan membela diri. Ingat? Moralmu sedang dituding. "Berontaklah! Buka plesternya dan bersuaralah." kata suara didalam hati. "Jangan. simpan saja tenagamu." Kata suara yang lain. Ah, ya. Sia-sia. Inilah saatnya pepatah "diam adalah emas" beraksi. 

Betul. Sebaiknya kamu diam. Tahan semua dengan lutut yang bergetar itu. Bersyukurlah. Lututmu masih bergetar, belum patah. Lalu, jika patah? Masih ada pundak. Masih ada punggung. Tanggung saja sebentar. Nanti katanya akan ada yang menolongmu. Seperti di sinetron-sinetron itu, tokoh protagonisnya selalu tersungkur. Tapi selalu ada yang mengulurkan tangan untuknya. Begitupun kamu. Pasti akan ada yang mengulurkan tangan untukmu. Kamu yang hatinya cuma satu dan disakiti. Kamu yang harus mengerti. Kamu yang terhakimi. Kamu yang tertuding. Kamu yang moralnya dipertanyakan. Kamu yang mulutnya di plester tanda dilarang bersuara. Kamu yang lututnya bergetar. Bahkan kamu yang sudah tersungkur. Harapanmu adalah bahwa akan selalu ada yang mengulurkan tangannya untukmu. Meski hanya satu orang. Atau setengah orang? 
Berharap sajalah. Toh, kamu belum mati.

image from here

Rabu, 16 November 2011

"Seperti di Persimpangan"

Seperti di persimpangan. Pilihan jalannya begitu banyak. Dua pilihan saja sulit, apalagi lebih. Tuhan hanya memberi satu otak, satu jantung, satu hati, dan banyak pilihan. Ah. Jadi semacam dagelan saja. 
Tapi kata mereka yang mengaku berpengalaman, manusia diberi akal. Banyak akal. Jadi itu bukan situasi yang mustahil untuk dihadapi. Tambahkan nurani. Kata mereka yang mengaku dekat dengan Tuhan, nurani adalah yang paling jujur. Seperti alarm kebakaran. Jika pilihan yang berbahaya datang pada manusia, maka nurani akan membunyikan suaranya yang paling kencang. Yah, kecuali dinding hati dan otak sudah tebal, maka nurani tidak akan terdengar, atau terbaca, atau terlihat. 
Tetap saja seperti di persimpangan. Pilihan jalannya begitu banyak. Meskipun hanya satu tujuan, Meskipun nurani sudah bertugas sesuai kewajibannya, meskipun akal begitu banyak, tetap harus memilih satu jalan. 
Ingat sang waktu. Dia kejam. Tidak mau berhenti, katanya. Atau tidak bisa berhenti. Jelas, manusia yang hanya dianugrahi dua kaki merapat, bahkan kurang, tidak bisa memilih dua jalan dalam waktu bersamaan. 
Ah, itu dia si "rela berkorban" muncul. Munculnya tidak tergesa-gesa. Perlahan namun pasti. Relakan yang satu, pilih yang lain. Syukur, jika waktu masih banyak. Dua kaki rapat boleh kembali di perhentian sebelumnya lalu mencoba jalan yang lain. Sayang sekali, Sang waktu jarang memberi lebih. Biasanya selalu tepat. Bahkan terasa terbirit-birit. 
Seperti di persimpangan. Pilihan jalannya begitu banyak. 
Kata Mr. Simple, "It's a life. Isn't it?
Kata Mrs. Tegas, "Itu Hidup. Titik."

images from here

Selasa, 15 November 2011

Keberuntunganku



"Kamulah keberuntunganku, sekarang. Jangan tanya tentang dulu atau nanti. Titik."

images from here

Selasa, 08 November 2011

Surat dari Langit #2

Hari ini aku begitu muram. Dan Kelam. Lagi. 
Maaf, karena tidak mengizinkan matahari bersahabat denganmu, manusia.
Sebenarnya aku ingin bekerja sama. Menghentikan tangisku dan menyibak awan sehingga matahari boleh terlihat, tapi aku tidak mampu membendungnya. Kemuraman ini terlalu dalam sehingga awan menjadi gelap dan menumpahkan asam-asam dalam bentuk tetes-tetes air yang besar.
Muram. Semoga kamu tidak semuram aku hari ini. Aku belum bertemu pelangi. Siang tadi, aku menjumpai matahari dan awan. Mengadakan rapat bersama mereka, dengan muram. Lalu matahari pun malas. Katanya aku terlalu muram untuk bekerja sama dengannya. Lagipula pelangi belum terlihat hari ini. Jadi lanjutkan saja kemuramanku, katanya. Awan pun bilang jangan terpaksa tersenyum. Nanti kumpulan kami tidak akan terlihat indah jika semua dipaksakan. Terimakasih untuk awan dan matahari.


Ini hanya bagian kesedihan. Hei, manusia, kesedihan bukan hanya milikmu saja, kau tahu.
Aku hanya harus melewatinya dan mengizinkannya terjadi agar aku boleh menemukan pintu baru untuk masa depanku. Semoga kamu juga begitu, manusia.


Oh jangan berharap bintang malam ini. Lagi-lagi aku harus menyampaikan berita sedih ini. Bintang sudah sepakat dengan matahari. Bintang tidak muncul malam ini. Sekali lagi, terimakasih untuk mereka. Semoga kamu pun mengerti, manusia.

Dengan penuh muram, dan abu-abu. 
Langit

images from here

Read: Surat dari Langit #1

Minggu, 06 November 2011

KEBAS.

Lidah dan hati mati rasa. Dulu, mudah bercakap-cakap denganmu. Berdiskusi hal-hal remeh di dalam hati, denganmu. Menikmati tanjakan demi tanjakan. Belum sampai puncak tapi hati sudah terlanjur menari dengan riangnya, karena kamu. Mudah untuk memanggil namamu dan mencarimu saat jantung terperosok, saat harga diri diinjak-injak. Lalu kamu perlahan menarik tangan yang tidak sanggup terulur padamu, dan dengan tegas menariknya sampai berdiri kembali.
Sayang, hati sempat terlena. Melirik yang lain hingga kamu sedikit tersingkir. Marah? Maaf. Mata dan hati terlanjur tertuju pada yang lain. Bukan sesuatu yang menyenangkan pada akhirnya karena membuat hilang arah dan tujuan.
Karena itu kebas. Hati dan lidah mati rasa. Rupanya urat malu belum putus sehingga terlalu malu untuk memanggilmu yang telah dengan sengaja ataupun tidak disengaja, ditinggalkan.
Hati kebas untuk memanggilmu kembali.
Lidah kebas untuk menyebut namamu kembali.
Tapi nurani bilang benar-benar butuh kamu.
Ini penyakit kronis.
Tolong!
images from here

Sabtu, 05 November 2011

Tidak Selalu Tanda Damai.

Siapa bilang senyum dan basa-basi adalah tanda damai? Boleh jadi, itu adalah tanda sopan santun di tempat umum. Atau, tanda sederhana untuk otak waras yang tidak ingin menimbulkan gaduh.

images random from google

Kamis, 03 November 2011

Kuliah dan (Akhirnya) Sarjana!

*Boleh ya posting kali ini enggak menggunakan bahasa menye-menye. Saya sedang ingin berbagi senang (dan narsis) dengan kamu, readers. #Bigsmile

Saya senang. Saya bahagia. Saya bersyukur. Saya sedikit puas. 
Saya sarjana muda! Bukan hal yang penting bagi kebanyakan orang. Tapi hal yang cukup penting bagi saya karena ini adalah tanda puas dua orang tua yang bercita-cita melihat anak-anaknya menjadi sarjana. Saya bandel, tapi cukup waras untuk mewujudkan cita- cita sederhana mereka. Hati siapa yang tidak hangat melihat orangtuanya tersenyum bahagia? :)

with beloved mother


Saya, Fera Maria B. Suliyanto S.I.Kom, sudah bisa disebut alumni FISIP Ilmu Komunikasi UAJY. Dan semoga di tahun-tahun mendatang tetap terlihat bersahaja seperti foto-foto cantik di posting-an kali ini. *senyum malu-malu*
Saya sedang gendut. Kegendutan yang TIDAK DISENGAJA. Halo, para calon sarjana muda yang sedang melatih otot matanya sampai pagi di depan layar laptop/komputer, hati-hati dengan tangan dan cemilan anda. Akibatnya bisa seperti lidi, atau malah seperti guling yang baru dipompa. *sigh*. 



Masa-masa kuliah memang menyenangkan. Saya pasti merindukan masa ini. 4 tahun berhadapan dengan teori-teori aneh. 4 tahun berhadapan dengan berbagai macam dosen. 4 tahun bertemu dan berkumpul dengan sahabat-sahabat dan keluarga baru. Ah, bonus, dapet calon suami dong! Amin! *komat-kamit*.


dengan si "bonus" :D




Yang menyenangkan dari kuliah S1 adalah bertemu karakter-karakter baru. Eh, syukur deh ternyata menjadi sahabat-sahabat menyenangkan. Bergosip di lobby kampus.

Selasa, 01 November 2011

"What a Life"

Dunia hebat. Tambahkan tanda kutip pada kata hebat. Bagaimana tidak? Ia menghasilkan manusia berjubah hakim dengan telunjuk lentik dan tajam. Jangan lupa tambahkan juga tanda kutip pada kata hakim. Jubahnya bisa membuat ciut. Telunjuknya lebih tajam dari pedang.
Yang satu menuding yang lain. Yang lain menghakimi yang satu. Dengan modal percaya diri berlebih, lalu siapa saja bisa menjadi hakim. Timbangan emas yang seimbang menjadi merah dan berat sebelah. Yang tertawa dihakimi dan yang menangis menghakimi, lalu semua menjadi terbalik.
Jangan terlalu yakin dengan citra cermin pantulanmu yang mengatakan bahwa kau tidak pernah menuding dan menghakimi. Cermin itu berbohong, tepat seperti ketika cermin berbohong tentang kecantikan sang ratu pada dongeng si putri salju. Hei, karena itulah aku memecahkan cerminku.
Aku dan kamu punya telunjuk tajam dan jubah hakim ilegal untuk digunakan fungsinya bagi orang lain, bahkan pada diri sendiri.
Oh, Tuhan. Dunia hebat. jangan lupa, tambahkan tanda kutip pada kata hebat.

this image random from google

Kamis, 27 Oktober 2011

Like a stupid donkey.

Obat apa yang tepat untuk menyembuhkan resah karena jatuh pada kesalahan yang sama, berulang kali?
Obat apa yang tepat untuk menyembuhkan resah karena takut berubah menjadi keledai yang bodoh?



"Seperti keledai bodoh yang selalu jatuh pada lubang yang sama."

this picture from here

Selasa, 11 Oktober 2011

Perempuan yang ini dan Pidatonya.

Seorang perempuan memakai gaun sederhana dan aksesorisnya. Beberapa menit ia mengecek kembali make-up minimalisnya. Ia menyisir kembali rambutnya yg hanya diberi jepit hitam polos. Lalu ia siap. Ia menatap kedepan dan memulai pidatonya. Tanpa kertas contekan, tanpa orang lain yang membisikinya lewat earphone, hanya bermodal keyakinan, ia membuka pidatonya. "Perempuan yang ini..."
Jeda sejenak, ia menghela nafas. Kemudian ia meneruskan,
"Perempuan yang ini, diberi masalah yang begitu memberatkan baginya, karena seseorang yakin, bahwa perempuan ini pintar mengatasi masalah. Perempuan yang ini, seakan-akan tidak diberi jeda panjang untuk setiap masalahnya karena seseorang yakin bahwa perempuan ini cukup berotot dan berotak untuk menghadapi lebih dari satu masalah dalam waktu bersamaan. Perempuan yang ini diberi kekuatan ekstra karena seseorang yakin perempuan ini pantas mendapatkannya. Perempuan yang ini maju dengan berani karena hanya keyakinan yang ia punya. Jadi, perempuan yang ini pasti bisa mencapai garis finish dengan kemenangan. Perempuan yang ini pasti bisa menyentuh mimpinya dan membuatnya menjadi nyata. Perempuan yang ini tidak biasa. Perempuan yang ini tidak mau menjadi biasa saja. Sekian."
Ia menutup pidatonya. Lalu ia menatap kedepan, ingin melihat reaksi pendengarnya. Ah, berhasil. Ia yakin. Pendengarnya yakin. Kalau begitu sudah cukup berpidato. Ia hanya butuh tatapan meyakinkan itu. Lalu ia membersihkan cermin dihadapannya. Mengecek kembali make-up minimalisnya. Merapikan kembali rambutnya. Dan ia siap. Ia membuka pintu kamar dengan percaya diri, dengan kekuatan penuh, dan siap menghadapi dunia. 
Oh! Tunggu dulu! Ia meninggalkan sesuatu. Perempuan itu kembali ke tempat ia berdiri saat berpidato, di depan cermin. Ia menatap cermin itu selama dua detik, lalu tersenyum. Itu dia. Ia menatap senyumnya, mengambil senyumnya dari cermin, memakai senyuman itu untuk menghadapi dunia satu hari ini. Langkahnya ringan. Ia tahu langkahnya akan ringan hari ini. "Pidato yang memuaskan." Katanya dalam hati, lalu meneruskan langkahnya.

this image from here

Rabu, 05 Oktober 2011

- Edisi Curahan Hati-

Entah saya yang berlebihan atau mata sipit ini yang tidak bisa diajak bekerja sama, tapi akhir-akhir ini  si air mata membandel. Seperti anak kecil yang suka membantah, saya bilang untuk berhenti tapi si air mata tidak mau berhenti. Moment seperti ini yang membuat kepala berdenyut-denyut hebat. Berharap beberapa hari tertentu boleh dilompati seperti melompati anak tangga ketika sedang terburu-buru. Nyatanya sang waktu menolak bernegosiasi.
Saya mencoba menawarkan pilihan pada sang waktu. "Sir, bisa berhenti sebentar? Atau hilangkan satu hari ini. Kacaukan kalender. Hilangkan angka 5 ini agar saya tidak terlalu heboh meresapi hari ini. Jika anda bersedia, saya akan berusaha sehebat mungkin untuk berkompromi dengan mata dan hati agar tidak terlalu bersedih di kemudian hari. Saya tidak akan menyalahkan anda nanti ketika anda dirasa bergerak terlalu cepat." Tapi sang waktu berkata tidak. "Maaf, lady. Tidak bisa dan tidak boleh. saya tidak punya pilihan untuk berhenti. Saya harus tetap bergerak. Anda lah yang punya kendali dalam memilih. Anda bisa memilih tetap bersedih dan menyalahkan saya, atau sebaliknya. Tapi saya tetap bergerak."
Lalu sang waktu menepati janjinya. Angka ini tidak hilang di kalender. Hari ini tetap datang, membuat saya kewalahan menghadapi si air mata yang memberontak dan hati yang tidak bisa diajak berkompromi. Hanya mengandalkan otak agar tetap waras.
Akhirnya saya harus menghadapi hari ini. Angka ini. Bulan ini. Tahun ini. Terpaksa menyadari bahwa sudah satu tahun (atau BARU satu tahun?) berlalu tanpa ayah. Terpaksa menyadari bahwa sudah satu tahun ayah "mogok" bicara dengan saya. Terpaksa menyadari bahwa tahun lalu begitu berat dan kembali berat hari ini karena mengingat yang lalu. Terpaksa menyadari bahwa tahun ini tidak ada binar kebanggaan dari ayah untuk saya yang sedang berbinar karena boleh memenuhi cita-citanya.
Satu tahun yang lalu, tepat tanggal ini, saya merasa seperti mayat hidup. Ingin ikut tidur bersama ayah di peti yang mahal itu. Tidak mau bangun lagi, tidak mau bicara pada seorangpun, lagi. Mata bengkak, eyeliner tidak membantu mencerahkan mata yang sendu. Tentu saja saya masih hidup, sekarang. Saya hidup, tersenyum, tertawa, menikmati shopping, menikmati matahari, dan itu TIDAK MUDAH untuk satu tahun yang begitu berat. Pada akhirnya saya menyerah untuk hari ini. Tidak bisa berdebat lagi dengan waktu, dan Tuhan.  Mau tidak mau harus menikmati hari ini. Tidak bisa mengingkari hati dan menganggap hari ini biasa saja. Percayalah, sejak tidak bisa melihat ayah dan kakak, hari-hari tidak pernah menjadi biasa saja. Tapi saya harus hidup, dan bertahan. Bisa saja inilah poin penting yang diharapkan ayah. Mana saya tahu, saya tidak bisa menggali kubur, mengetuk petinya, dan meminta ayah bangun dan memaksanya mengatakan apa yang diharapkan dari saya. Karena itu hanya bisa mengira-ngira. Toh, kami adalah anak dan ayah. Punya ikatan meski terpisah jarak yang tidak bisa ditempuh dengan kendaraan apa saja. Mengandalkan potongan-potongan kenangan manis bersama beliau, maka semoga poin yang hanya berdasarkan perkiraan ini tepat.
Terimakasih Tuhan, saya masih punya otak. Paling tidak di sela-sela sesenggukan, saya memikirkan mata warisan yang sudah sipit ini. Sayang sekali jika harus semakin sipit karena air mata yang membandel. Kamu, air mata, akan berhenti karena saya tidak akan membiarkan mata ini hilang. Tapi, saat ini, kamu, air mata, boleh menari dan berdansa dengan hati yang remuk. Dan setelahnya, biarkan otak yang mengambil alih!

"Keadaan boleh jahat karena tidak mengijinkan aku bertemu denganmu saat ini. Kesadaran boleh mengetuk hatiku untuk mengingatkan bahwa kau tidak sempurna. Tapi aku akan tetap merindukanmu, akan tetap bangga menyandang namamu. Jadi, berbahagialah disana. Berbanggalah dari sana. Nikmati tulisan ini sambil mendengar lagu ini. Jangan protes, papa. Aku tidak bisa menyanyi. Kau harus cukup puas dengan suara orang lain saat ini. Nanti kalau kita sudah bertemu, berkumpul, aku akan menyanyikan lagu ini di samping telingamu. Aku mencintaimu. Peluk hangat perutmu yang buncit dariku. (Kau dan aku belum selesai, papa. Kau masih mendominasi hatiku.)"

 this video from youtube



October, 5, 2011.
(Exactly a year) he is having fun in heaven.
Dedicated for him, with thousands loves.
His Daughter on the earth.
*written with tears and smile at the same time.





Sabtu, 01 Oktober 2011

October, Welcome.

Si hati sungguh berharap oktober tidak becek.
Bau tanah basah memang unik, menenangkan. Tapi bau gaun-gaun malam yang tidak terjemur sempurna karena tidak kebagian matahari adalah menjijikkan. Memusnahkan hasrat.
Hembusan angin dingin memang menyegarkan, menghanyutkan. Tapi jika hanya membuat tertidur dan tidak bertanggung jawab pada kewajiban, alangkah lebih baik jika si matahari hangat yang bermain lebih.
Nada rintik hujan yang menusuk bumi memang memanjakan telinga. Ah, hatipun ikut manja, lembek, merajuk, meratap, dan berakhir dengan berlebihan. Sungguh, cerah lebih baik.
Ini oktober. Kata musim dan iklim, ini waktunya bumi tropis berteman dengan basah.
Boleh menawar?
Oktober, jangan becek. Berikan matahari porsi lebih, seperempat saja. Agar oktober tidak kelam. Agar hasrat tidak padam. Agar hati tidak merajuk. Agar sepatu tidak kotor.
 
image from here
 
 
 

Jumat, 30 September 2011

SURAT DARI LANGIT

 Aku akan menangis malam ini. Aku sudah mengatakannya pada awan dan petir. Syukurlah mereka bersedia membantuku. Aku Akan begitu kelam malam ini. Aku akan mengusir bintang untuk sementara waktu. Aku akan menghujam bumi dengan deras. Aku akan mengelabui peramal cuaca.
Esok pagi, aku janji matahari tetap bersinar seperti biasa. Bahkan aku akan bernegosiasi dengannya agar menjadi lebih bersinar dari biasanya. Aku akan menjadi begitu cerah untuk sisa esok hari. Aku akan menampilkan sosokku sebaik mungkin, agar siapapun boleh bergembira.
Hanya malam ini, ijinkan aku meratap. 
Hanya malam ini, ijinkan aku berbagi pilu ini dengan bumi.
Terimakasih, untuk secuil pengertian itu.

Dengan tertatih-tatih, 
Langit. 

images random from google

Jumat, 23 September 2011

KATA HATI

Aku hanya mengikuti kata hati. 
Kata hatiku, dia adalah ketidaknyamanan yang pernah terjadi dalam hidupku. Kata hatiku, keberadaannya bukan ancaman, hanya gangguan. Kata hatiku, dia tetap harus disingkirkan demi kedamaian.
Aku hanya mengikuti kata hati, maka aku melakukannya. Menyingkirkannya jauh-jauh dari peradabanku.
Tapi mereka tidak menerimanya. Atau sebagian kecewa. Bukan karena siapa yang disingkirkan, tapi lebih karena siapa yang menyingkirkan. Sungguh! aku hanya mengikuti kata hati.
Lalu hatiku berbalik menyerangku, begitu saja.
Kata hatiku, aku egois. Kata hatiku, aku begitu mudah panas. Kata hatiku, aku mengecewakan diriku sendiri, hingga akhirnya mereka ikut kecewa.
Yaampun hati, mana yang harus aku percayai? Yang mana hatiku yang sesungguhnya?
Bahkan hati pun memakai topeng hingga bermuka dua.
Lalu kata hatiku, lagi: "Percayailah apa yang benar dan baik bagi hidupmu dan orang lain."
Hati, coba satu suara dan satu wajah saja. Lepaskan topengmu. Aku benci topeng.
Sekarang aku bingung dan ragu. Jangan-jangan kamu bukan hatiku?


this image from queeky.com



Kamis, 22 September 2011

"TONG KOSONG NYARING BUNYINYA"

Jangan asal buka mulut jika tidak tahu apa yang sedang dibicarakan.
Jangan asal berucap, meski dengan dalih canda.
Berhenti menyambar lingkaran cerdas dengan sekumpulan kata bodoh.

Tahukah? Yang memuakkan, menjijikkan, dan memprihatinkan adalah ketika kau membuka mulutmu, mengeluarkan serentetan "canda" tolol, dan membuatmu terlihat seperti tong besar dengan totol jamur beracun di setiap sisi-sisinya.

Berhentilah. 
Jika tidak berhenti, maka pada akhirnya seseorang akan  menggelindingkan tong semacam dirimu, hingga kedasar laut.
Lalu kau, hanya akan menjadi tong kosong (atau penuh air asin?) nyaring bunyinya, didasar laut antah berantah.
Selamat!


this picture from here

Senin, 19 September 2011

"JANGAN TERLALU LAMA"

Jika ragu melangkah, maka berhentilah. Hanya jangan terlalu lama.
Lihat kanan-kiri. Hanya jangan terlalu lama.
Tutup mata dan nikmati gelapnya. Hanya jangan terlalu lama.

Buka mata kembali, boleh menengadah ke atas dan berharap jawaban terukir di hamparan langit. Hanya jangan terlalu lama.
Lihat jarum sang waktu, rasakan detaknya. Hanya jangan terlalu lama.

Jangan biarkan ragu menguasai. Jangan terlalu lama.
 
Jika masih ragu, tengoklah siput disamping kaki.
Bahkan siput akan tertawa jika terlalu lama berkubang dalam ragu. 
Karena ia tidak berhenti meski bergerak begitu lambat. 

Bergeraklah. Awasi langkah hingga tidak di dahului si siput.
Bergeraklah. Detak waktu tidak berhenti.
Bergeraklah. Jangan biarkan ragu menguasai. Jangan terlalu lama.
images random from google

Jumat, 16 September 2011

Hanya berbisik. Janji, tidak dengan teriak.

Kemarilah kubisikkan beberapa kumpulan kata.
Bukan sajak. Bukan syair. Bukan lirik lagu. Hanya beberapa kata sederhana yang sering dilafalkan di sinetron-sinetron yang di gandrungi ibuku.
Kemarilah, sibakkan rambutmu dan perlihatkan telingamu.
Mendekatlah agar jelas setiap kata yang akan kubisikkan.
Kemarilah agar aku segera membisikkannya.
Hanya berbisik. Janji, tidak berteriak. Hanya Beberapa kumpulan kata yang maknanya hanya seperti ini:

"Aku tidak perlu dikasihani. Aku perlu motivasi."
"Aku tidak butuh campur tangan. Aku butuh uluran tangan."
"Aku tidak butuh wajah bertopeng. Aku butuh ketulusan."
"Aku tidak butuh pengadu domba. Aku butuh penggembala domba."
"Aku tidak butuh iblis. Aku butuh Tuhan."
"Berhentilah membual, mencampuri urusan, mengadu domba, dan berperan menjadi iblis. Aku takut kau membusuk di neraka, sementara kesempatan berkilau di Surga masih ada."

Kemarilah. Simpanlah dalam telingamu jika kau tidak mampu menyimpannya dalam benakmu. Paling tidak, telinga itu akan terlihat kegunaannya.
Hanya berbisik. Janji, tidak akan berteriak. 

images from here


Rabu, 14 September 2011

I wish.

"Saya berharap memaafkan sama mudahnya seperti membalik telapak tangan. Karena ternyata memaafkan sama susahnya seperti menghitung jumlah totol domba-domba afrika di padang (Jika mereka punya totol)."

"Saya berharap mengikhlaskan sama mudahnya seperti makan es krim coklat bertabur kacang. Karena ternyata mengikhlaskan sama susahnya seperti membekukan air di tengah padang gurun."

"Saya berharap melupakan sama mudahnya seperti menikmati matahari terbenam di pantai yang indah. Karena ternyata melupakan sama susahnya seperti menghitung jumlah ikan di laut."

"Saya berharap diet sama mudahnya seperti makan ayam panggang saus lada. Karena ternyata diet sama susahnya seperti mengejar matahari."

"Saya berharap memeluk lelaki seksi sekelas Daniel Radcliffe atau Song Seong Hun sama mudahnya seperti memeluk guling kesayangan. Karena ternyata memeluk lelaki seksi sama susahnya seperti memeluk bumi."

Baiklah. Saya berhenti berharap. Karena ternyata semakin banyak berharap, otak semakin random.

Selesai.



*catatan si gadis yang sedang bergulat dengan pola memaafkan dan tergila-gila dengan lelaki ber-six-pack dan berwajah mulus dengan senyum charming.
Images RANDOM from google


Senin, 12 September 2011

PILIHAN.


"Jika setiap orang bisa memilih untuk tidak suka (bahkan benci) pada saya, maka saya pun bisa memilih hal yang sama terhadap mereka. Jangan kaget. Jangan protes. Itulah hidup."
images random from google




Rabu, 07 September 2011

Ego, Bekerja Samalah.

Ego, bermurah hatilah.
Berikan secuil kasih saja untuk beberapa makhluk yang tak termaafkan. Nurani menyuruhnya begitu.

Ego, cobalah menahan diri.
Berikan kesempatan pada hati yang tergores untuk menyembuhkan dan mengeringkan lukanya. Nurani menyuruhnya begitu.

Ego, sayangi diri ini.
Berikan belas kasih untuk manusia ini, agar ia boleh berdiri dan berjalan tanpa terikat masa lalu. Nurani menyuruhnya begitu.

Ego, berhentilah.
Berhentilah melangkahi dan mendului nurani.
Berikan kesempatan pada nurani untuk menang, agar manusia ini boleh tersenyum dan melanjutkan hidup.

Ego, kamu sungguh diperlukan, hanya saja nurani lebih tepat untuk sebuah kemenangan.

Ego, kamu tidak dihapuskan, hanya diminimalisir. Karena itu, bekerja samalah.

picture from here

Rabu, 17 Agustus 2011

Storm and Sun

 
"the sexiest part is when I able to survive in the storm. the most beautiful part is when I see the sun after the storm ended."(-Fe'S-)
picture from here
 

Sabtu, 13 Agustus 2011

Berhenti sejenak.

Kaki kecil melangkah cepat. Setiap langkah jaraknya lebar.
Kaki kecil tidak berhenti melangkah. Sempat menginjak kerikil dan mengaduh.
Kaki kecil berusaha menyamakan irama. Mengejar waktu yang tidak pernah berhenti. 

Kaki kecil mulai melambat. Setiap langkah menjadi begitu berat.
Kaki kecil belum berhenti melangkah. Sempat menginjak duri dan mengaduh, sampai menangis.
Kaki kecil masih berusaha menyamakan irama. Tetap mengejar waktu yang tidak pernah berhenti.

Kaki kecil menjerit. Mata kakinya resah dan awas. Memandang sekeliling. Belum ada kaki lain yang berhenti.
Kaki kecil tidak boleh berhenti. Kaki lain tidak berhenti, waktu pun tidak berhenti.
Kaki kecil tidak boleh tertinggal.

Tapi, kaki kecil hanyalah sebuah kaki, meski tidak boleh berhenti, namun tetap berharap untuk boleh berhenti sejenak.
"Tuhan, Tuhan, si kaki lelah. Setiap ototnya protes. Benarkah si kaki tidak boleh berhenti? Meski untuk sejenak?"
"Tuhan, Tuhan, si kaki lelah. Kaki kecil ini ingin berhenti sebentar saja. Paling tidak, berhenti sejenak untuk mencabut duri dan mengobatinya...."

images random from google


Jumat, 05 Agustus 2011

Gadisku.

Hai kamu, gadisku. Aku merindukanmu dan merindukanmu.
Inilah saat-saat dimana seharusnya kita sedang bersenda gurau, saling mengejek, tertawa, lalu bertukar kabar. 

Aku hanya manusia biasa, yang kemarin mencoba kuat, berpikir sudah kuat, tapi kemudian tersungkur lagi, hanya karena belum boleh melihat dan mendengarmu.
Aku hanya gadis biasa, tidak dengan kekuatan super yang bisa menolak cengeng, hanya karena belum boleh melihat dan mendengarmu. 


Muluk-mulukkah aku, meminta pada Tuhan untuk boleh melihat dan mendengarmu saja? 
Tidak perlu menyentuh, hanya melihat dan mendengar. 
Tuhan tidak sepikir sekata denganku. Aku belum boleh melihat dan mendengarmu, bahkan jika aku hanya meminta salah satunya saja. 

Ini. Hanya ini yang diperbolehkan Tuhan. Menyapa searah. Aku kepadamu, tapi kamu tidak kamu terhadapku. 
Ini. Aku mengukir kue lezat untukmu di langit bertabur bintang, agar kuenya lebih dekat denganmu sehingga bisa kau sentuh.

Selamat ulang tahun. 
Rayakan bersama Tuhan dan para malaikat. 
Tuangkan sampanye dan dentingkan gelasnya untukku, agar aku berhenti protes dan tidak lagi mengulang kebiasaan bertanya tentang "mengapa", yang justru membuatku semakin sakit.
Titipkan senyummu pada Tuhan, agar aku tahu kau baik-baik saja, dan aku boleh bangkit kembali dan tidak kehilangan iman dan kekuatan itu. 
Potong kuenya untukku, agar aku tahu, kue yang kubuat diantara bintang-bintang malam, tidak menjadi sia-sia.

Aku merindukanmu dan merindukanmu. Sangat. 
Selamat berpesta dengan Tuhan, para malaikat, dan papa, hai kamu, gadisku, kakakku yang kusayang. 



Yang mencintaimu dengan sepenuh hati.

images from here
 

Rabu, 03 Agustus 2011

HANYA BERTANYA

Otak, apa yang sedang terjadi padamu? kenapa tidak bisa berpikir jernih lagi?
Hati, ada apa denganmu? Kenapa menyerah dengan keadaan?
Mata, kamu baik-baik saja? Kenapa terus mengeluarkan air mata?
Suara, kamu bersembunyi dimana? Kenapa tidak lagi lantang dan cerdas seperti dulu?
Mulut, kamu baik-baik saja? Kenapa tidak bisa berhenti mengunyah?
Perut, paha, lengan, dan pipi, maukah berbaik hati sedikit? Kenapa terus membesar dan membengkak? 

*curahan hati si gadis yang TIDAK SENGAJA gendut*

images from here

Minggu, 31 Juli 2011

GIVE ME A TITLE.

 "Today might be a busy day at anywhere, at every single part of this earth which called a LIFE." (-Fe'S-)

Hari ini, disudut sana, pasti ada yang sedang menangis, meratapi nasib.
Hari ini, diujung sana, pasti ada yang sedang tertawa hebat, merayakan indahnya hidup.
Hari ini, dibelakang sana, pasti ada yang sedang mengingat-ingat masa lalu dan berharap dapat kembali ke kenangan lama, atau berharap kenangan lama itu tidak pernah terjadi?
Hari ini, disebelah kanan sana, pasti ada yang sedang terburu-buru mengejar waktu.
Hari ini, disebelah kiri sana, pasti ada yang sedang senyum-senyum menikmati santainya hidup.
Hari ini, di tengah-tengah sana, pasti ada yang sedang bingung memilih hal yang terbaik, atau terburuk?
Hari ini, didepan sana, pasti ada yang sedang meringkuk, tidur, berharap uang jatuh dari langit sederas hujan.
Hari ini, dimana-mana, pasti ada yang sedang sadar kalau dirinya bernafas, lalu dengan lantang menyebutnya hidup, ada pula yang sedang tidak sadar kalau dirinya bernafas, dan dengan berani menyebutnya setengah mati. 

Hei, coba bantu sisi yang ini, yang sedang memikirkan sebutan apa yang paling tepat dengan situasi yang ramai seperti ini?
Judul apa yang tepat untuk keramaian semacam ini?
Dan, kau, sedang disisi manakah dirimu?

:)


images random from google

Minggu, 24 Juli 2011

Dear, my self.

To: You, dear My Self.
From: Me, my self. 


There is no problem which bigger and stronger than you, dear my self. 
Be tough, Be patient, yes you, dear my self. 
If no one supporting you, then you still have me, to supporting you, yes me, my self. 
If no one respecting you, then you still have me, to respecting you, yes, me, my self. 
See? you still have a fabulous foot to step forward and dancing like princess. 
No, no, you're not alone, hey my self. You still have me. Yes me, my self.  


There is no problem which bigger and stronger than you, dear my self. 
Be tough, Be patient, yes you, dear my self. 
(-Fe'S-)

images from here

Sabtu, 23 Juli 2011

Ritme Cinta

"Ritme berhubungan. Ada waktu dimana kamu lah yang mengalah dan mengikuti kunci nada yang aku ciptakan. Dan ada waktu dimana aku lah yang mengalah dan mengikuti kunci nada yang kau ciptakan. Setelah itu? Aku dan kamu akan menghasilkan alunan lagu indah dan mencapai puncaknya bersama-sama. "
 
Itu mereka. Dua manusia lawan jenis yang sedang berkasak-kusuk sambil menikmati bakmi goreng di emperan sebelah sekolah SD. Bukan kasak-kusuk yang sangat penting atau krusial seperti bagaimana menghadapi kiamat dan sejenisnya. Hanya kasak-kusuk ringan, namun pada akhirnya ternyata cukup menarik. Yah, paling tidak, menarik untuk dua manusia ini.

Mereka membicarakan tentang sebuah hubungan.
Kata si lelaki, menjalin hubungan percintaan itu ibarat bermain musik dalam sebuah band. Untuk bisa mendapatkan lagu yang indah, maka setiap alat musiknya harus memainkan ritme yang sesuai dan saling sinkron.
Jika gitar bermain di nada C, maka bass harus bermain di nada yang sesuai dengan nada itu.
Sebaliknya, jika bass memainkan nada E, maka gitar harus menyesuaikan dengan nada yang dipilih oleh si bass. Kalau tidak begitu? Maka nadanya akan kacau, lagunya akan sumbang, dan akhirnya bandnya akan bubar. 
Bukan analogi yang sangat menarik, memang. Tapi cukup bernilai untuk dipertimbangkan, bukan?
Oh, paling tidak, cukup bernilai untuk dua manusia ini. :)

images from here

Selasa, 19 Juli 2011

Jalan yang panjang

"At least, there is One right person who always knows my capacity to deal with all of my problems."  (-Fe'S-)

Jika jalannya berkerikil,
Jika jalannya penuh dengan pecahan kaca,
Jika jalannya terasa panjang dan sempit,
Jika disetiap sisinya penuh dengan duri dan ranting runcing,
Jika ujungnya terlihat jauh dan sangat kecil,
Jika hanya ada satu jalan yang harus dilewati,
Dan jika terasa begitu memberatkan, bahkan menyakitkan untuk dilewati, 
Paling tidak, Dia si pemberi nafas kehidupan, tahu persis kapasitas setiap pundak-pundak yang akan menanggung masalah dan tahu persis kekuatan setiap kaki yang akan melangkah pada jalan itu. 


images random from google

Selasa, 12 Juli 2011

SURRENDER.

 "I surrender all....."


Jadi, aturannya adalah berserah sepenuhnya dan jangan pernah setengah-setengah, atau lebih baik tidak sama sekali.

Rasanya sudah sepenuhnya. Begitu terlontar kalimat "aku menyerahkan sepenuhnya padaMu", lalu hati kembali tenang dan senyum merekah.

Jelas saja berbicara lebih mudah daripada melakukan. 
Pikiran si manusia ini, begitu kalimat pamungkas itu keluar, maka semua yang terjadi akan sesuai seperti yang ia pikirkan. 


Hari H tiba, pagi masih senyum-senyum.

"aku kan sudah menyerahkan sepenuhnya, berarti hari ini akan berjalan baik."

Oh, tidak semudah itu. Menjelang siang situasi berubah buruk. Tidak sesuai dengan keinginan. Tenggat waktu masih mengejar. Senyum memudar. Matahari semakin panas.

"Kenapa begini situasinya....."

Lalu? Panik. Kecewa tingkat dewa. Ngedumel di dalam hati dan di luar hati, dan, lesu.

Ketika tenggat waktu semakin menipis dan hampir habis, lalu situasi berubah lagi. Matahari masih panas, tapi kali ini kecewa hilang, sumringah muncul, no mumbling anymore. Akhirnya! Inilah yang diinginkan si aku!

Setelah semua sesuai dengan yang diinginkan, setelah kembali tersenyum, setelah tidak ndumel dan mampu berucap terimakasih, lalu entah disudut hati yang mana, tiba-tiba ada yang berbisik,
"sudah Kubilang serahkan sepenuhnya. Sepenuhnya berarti termasuk apapun yang terjadi."

Si Aku? masih tersenyum, dengan pipi bersemu merah.

:)

Minggu, 10 Juli 2011

SI SEPATU KACA

Si sepatu kaca sedang sumringah. Ia tampak berkilau-kilau. Kenapa tidak? Ia sedang dielu-elukan dibawah sorot lampu. Ia sedang dikagumi setiap mata bersoflens biru-ungu.

Si sepatu kaca unggul ditengah sepatu-sepatu lain. Aih, lihat saja seringainya, semakin melebar dari menit ke menit. Wah, ia semakin berkilau saja. Semakin memukau. Kali ini si mata bersoflens coklat pun ikut terpukau.

Baiklah. Si sepatu kaca sedang di puncak kesuksesan. Semakin lebar seringainya, semakin berkilau si sepatu kaca.

Lalu salah satu mata bersoflens coklat menyentuhnya. Uh! Si sepatu kaca terkejut! Beberapa menit kemudian si sepatu kaca sudah berada di dalam sebuah kotak gelap.

Nah, sepatu kaca, jangan berhenti menyunggingkan senyum kebanggaanmu itu, kilaumu mulai redup. Tidak ada lampu yang akan menolongmu didalam kotak itu. Sayang sekali si mata bersoflens coklat tidak sekalian membeli lampunya agar kau tetap terlihat megah.

Beberapa waktu kemudian kotaknya terbuka. Si sepatu kaca diangkat dari kotak itu. Bukan main kagetnya karena si sepatu kaca menyadari bahwa letak dirinya yang sesungguhnya adalah dibawah, di kaki. Jangan tanya apakah kaki itu bau atau tidak. Iuh.

Si mata bersoflens coklat mulai tersenyum ketika melihat kakinya nampak indah dengan sepatu kaca itu. Jelas ia belum menyadari kilau sepatu kacanya makin meredup.

Aduh,sepatu kaca, jangan kecewa seperti itu, kilaumu makin meredup, ingat tidak ada lampu yang menolongmu disini.

Sayang sekali, si sepatu kaca terlanjur kecewa dengan keberadaannya. Seindah apapun tetap diinjak juga. Belum lagi terkena cipratan lumpur saat si mata bersoflens coklat berjalan cepat dimusim hujan.

Sudahlah.Si sepatu kaca makin terpuruk. Kilaunya benar-benar hilang. Lecetnya semakin banyak dan ia tidak lagi menyeringai bangga seperti dulu.
Kali ini habis riwayatnya. Si mata bersoflens coklat tidak lagi tertarik dengan sepatu kacanya. Kilaunya hilang, berubah menjadi sepatu yang tidak menarik sama sekali. Waktunya mengeliminasi sepatu kaca dari kotaknya.

***
Sayang skali, hei spatu kaca. Kalau saja kau menyadari bahwa meski diinjak, kau tetap berguna. Kau tetap diharapkan untuk menjadi indah. Sayang sekali kau terlanjur kecewa dan menghilangkan kilaumu sendiri. Coba saja bertahan sedikit lagi, jelas kau akan menjadi kesayangan si mata bersoflens coklat dan akhirnya tetap dikagumi banyak mata karena kilaumu tidak hilang meski telah diinjak. Andai saja waktu bisa diputar kembali.

Sayang sekali ya,sepatu kaca.....

images from here
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...