"Kebenaran adalah berani, dan kebaikan tidak pernah takut." -William Shakespeare_Measure for measure-

Senin, 06 Juli 2015

7 Bulan!

Sudah 7 Bulan sodarah-sodarah! Padahal waktu memasuki tahun 2015, saya berikrar akan lebih rajin menulis. Aih, semacam sibuknya sudah melebihi Presiden Indonesia ajah...

7 Bulan adalah waktu yang panjang dan singkat sekaligus. 7 bulan punya begitu banyak cerita dan pemahaman baru. 7 bulan menjadi waktu yang panjang ketika proses begitu menyakitkan dan rasanya sudah tidak mampu dilewati. 7 bulan menjadi waktu yang singkat ketika semua terlewati dan momen menengok kebelakang terasa begitu menggoda.

Saya pikir inti dari hidup adalah meneruskan. Tidak peduli seberapa hebatnya gangguan dan interupsi yang terjadi. Ada yang tetap meneruskan nyinyirnya. Ada yang tetap meneruskan kesombongannya. Ada yang tetap meneruskan diamnya. Ada yang tetap meneruskan hidup, sekalipun nyinyir, sombong, dan diam datangnya bersamaan.

Apa yang saya pelajari? Banyak! Hihihi. Tapi inilah yang paling menarik:

Bahwa rupanya menjadi sombong adalah hal yang paling mudah untuk kita lakukan.
Bahwa rupanya menjadi nyinyir adalah hal yang paling mudah untuk kita lakukan.
Namun menjadi diam tidak selalu mudah seperti kelihatannya.

Memuji diri sendiri adalah bagian yang paling menyenangkan dan paling mudah.
Menganggap diri pantas adalah bagian yang paling asoi geboi mah kalo kata abang sule.

Beberapa orang tiba-tiba menganggap dirinya paling benar.

Darling, kebenaran hanya milik Tuhan.

Sweetheart, hidup tidak selalu tentang kuasa dan berada di ketinggian.
Mimpi dan tujuan tentu saja boleh dibuat setinggi-tingginya, tapi, lalu ingat bahwa tanggung jawab tidak semudah itu untuk dipikul.
 Bahwa berjalan keatas tidak melulu tentang membawa tubuh saja, tapi juga tanggung jawab.
Berat boleh terasa saat sadar bahwa tanggung jawab ini besar.
Tapi jangan sampai menuju keatas menjadi semakin berat karena membawa kepala yang terlalu besar.

Jangan-jangan, bukan jalannya yang semakin terjal untuk ditapak menuju puncak dan menjadi begitu melelahkan, tapi kesombongan dan arogan yang membuat langkah menjadi semakin berat.

Buddy, hati-hati, seseorang bisa menyalip perjalananmu, bukan karena dia lebih pintar atau lebih hebat darimu, tapi karena langkahnya lebih ringan untuk berserah, sedang langkahmu lebih berat karena harus memikul tanggung jawab, sombong, dan kepala besar yang menjadi satu dan bersamaan.

ih..... serem...... :(





Sakit Hati

Ada yang membicarakan kamu di belakang. 
Ada yang berspekulasi tentang kamu. 
Ada yang sekedar senyum palsu atas dasar prinsip sopan santun merk Endonesa. 
Ada yang sekedar membuat kesimpulan (asal) dari masalah yang belum diselesaikan, langsung menuju bab akhir saja, biar selesai. 
Ada yang menyakiti hati terlalu dalam, lalu cuci tangan. 
Bahkan ada yang menusuk dari segala penjuru. 

Aduh, yang seperti ini bukan hal baru. Justru klasik. Sangat klasik. Yang baru adalah teknologi. Social media adalah baru. Tapi tentang menyakiti, bukan hal baru. Sejak dulu, manusia ahlinya. 
Kamu dan saya ahlinya. 

Ini hidup di bumi. Bukan hidup di surga. 
Jadi, sebisa mungkin, memaklumkan "sakit hati" akan jadi obat yang baik untuk sehatmu. Memaklumkan, bukan membiarkan. 


*Ditulis pada tanggal 5 Januari 2015. Oh my. Sudah 7 bulan berlalu dan teronggok begitu saja di folder draft* 

-me and moment with mirror-
 





Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...