Aku ingat.
Di satu malam, aku berteriak begitu keras. Dalam hati.
Tentu saja di embel-embeli dengan tangisan.
Mirip seperti drama-drama korea yang sedang hits saat ini.
Aku juga ingat.
Di suatu pagi, aku menghela nafas.
Kali ini diembel-embeli dengan wajah berkerut-kerut, mata bengkak dan merah, dan pipi yang bersemu. Bersemu kusam.
Kemudian, aku menerima lagu ini.
Lagu menyayat hati.
Oh, well, setidaknya untukku ini cukup menyayat.
Kau tahu liriknya seperti apa?
God - our heavenly Father.
Oh, God - and my father
Who is also in heaven.
May the light
Of this flickering candle
Illuminate the night the way
Your spirit illuminates my soul.
Papa, can you hear me?
Papa, can you see me?
Papa, can you find me in the night?
Papa, are you near me?
Papa, can you hear me?
Papa, can you help me not be frightened?
Looking at the skies
I seem to see a million eyes
Which ones are yours?
Where are you now that yesterday
Has waved goodbye
And closed its doors?
The night is so much darker.
The wind is so much colder
The world I see is so much bigger now that I'm alone.
Papa, please forgive me.
Try to understand me.
Papa, don't you know I had no choice?
Can you hear me praying,
Anything I'm saying,
Even though the night is filled with voices?
I remember ev'rything you taught me
Ev'ry book I've ever read.
Can all the words in all the books
Help me to face what lies ahead?
The trees are so much taller
And I feel so much smaller.
The moon is twice as lonely
And the stars are half as bright.
Papa, how I love you.
Papa, how I need you.
Papa, how I miss you
Kissing me goodnight.
(-PAPA CAN YOU HEAR ME_GLEE-)
Baiklah.
Mungkin kondisi melankolis seperti ini diakibatkan oleh hormon endorfinku yang meningkat dibawah pengaruh "tamu bulanan perempuan".
Lupakan.
Toh, aku hanya merindukan ayahku.
Tentu saja bukan perkara mudah, menyingkirkan beberapa memori tentang ayahmu yang tidak bisa lagi kau temui dan kau sentuh.
Tapi mudah untuk mengingat dengan jelas bahwa hidupmu masih berlanjut dan sedang memainkan episode-episode baru disetiap harinya.
Mudah untuk mengingat dengan jelas bahwa kau tidak sendiri karena begitu banyak tangan-tangan yang sedang menepuk pundakmu dan berkata, "kau masih punya tanggung jawab untuk melanjutkan hidupmu."
Oh,well, mereka tidak bermaksud buruk.
Mereka hanya mengingatkanmu untuk tersenyum kembali, tentu saja. (meskipun di beberapa waktu tertentu, kau muak diingatkan seperti itu.)
Well, Mungkin cukup tepat jika aku (dan mungkin kamu) harus mengakui bahwa untuk dapat tersenyum dengan tulus dan menjadi lebih bijak, aku (dan mungkin kamu juga)harus menangis dengan tulus dan bijak terlebih dahulu.
Seperti pelangi sehabis hujan. Iya, kan?
1 komentar:
cik fer,,,
bagus beud dah....
like thissssss....!!!!
Posting Komentar