"Sampai kapan?"
"Sampai aku bosan. Atau sampai pihak lawan yang berhenti."
"Egois."
"Sedikit."
"Sedikit?"
"Ya.kalau banyak,aku sudah menghancurkan orang-orang yang mencoba mengusikku lebih dulu.benar-benar hancur sampai kedua pihak menyesal telah menimbulkan dan menanggapi perang.""Bagaimana caranya mematikan api yang telah tersulut?tidak peduli siapa yang menyulut lebih dulu."
"Yakin ingin mendengar jawabannya?"
"Ya."
"Menghilangkan orang yang sudah menyulut api."
"Tidak ada gunanya."
"Apa?"
"Menenangkan hatimu yang sedang emosi."
"Kalau begitu jangan membuatku emosi."
"Seperti menemani psikopat saja."
"..............."
"Kamu butuh diam. Diam yang benar-benar diam."
----------------------------------------------------------------------------------- -----------------------------------------------------------------------------------
"Sampai kapan?"
"Sampai aku bosan. Atau sampai pihak lawan yang berhenti."
"Egois."
"Sedikit."
"Sedikit?"
"Ya.kalau banyak,aku sudah menghancurkan orang-orang yang mencoba mengusikku lebih dulu.benar-benar hancur sampai kedua pihak menyesal telah menimbulkan dan menanggapi perang."
"Bagaimana caranya mematikan api yang telah tersulut?tidak peduli siapa yang menyulut lebih dulu."
"Yakin ingin mendengar jawabannya?"
"Ya."
"Beri aku waktu untuk berdiam diri,lalu kau akan menemukan jawaban yang (semoga) cukup bijak untukmu,untukku,atau bahkan untuk semua orang."
"Ya. Saat ini saja,kau sudah cukup bijak untuk memilih berdiam diri daripada berulah seperti psikopat. Nanti, kau pun akan menemukan jawaban yang lebih bijak untuk kita semua, karena kau sudah memulainya dengan bijak."
***
For some situations, you (and I) need a silence, to hear what you (and I) have to do for the next step. No crying, no angry, no speaking, no acting, no mumbling, no complaining. Just silent, and hear a Golden voice, from above in Heaven. (-FE's-)
1 komentar:
shuutt.... n let uR heart lead u darl ;D
nice post siz d(^O^)b
Posting Komentar