DUA. Mereka tertarik padanya.
TIGA. Mereka mengenalnya.
EMPAT. Ia jatuh.
LIMA. Mereka terkejut.
ENAM. Mereka meliriknya.
TUJUH. Mereka kasihan padanya.
DELAPAN. Mereka mengulurkan tangan.
SEMBILAN. Ia terharu.
SEPULUH. Ia menyambut uluran tangan mereka.
SEBELAS. Waktu berjalan terus.
DUA BELAS. Mereka mulai menarik tangan.
TIGA BELAS. Ia mulai menarik diri.
EMPAT BELAS. Mereka tidak lagi tertarik.
LIMA BELAS. Ia masih tertatih-tatih.
ENAM BELAS. Mereka hanya melirik.
TUJUH BELAS. Mereka berkasak-kusuk dibelakangnya.
DELAPAN BELAS. Oke, Ia bangkit sendiri.
SEMBILAN BELAS. Oops! sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Sempurna.
DUA PULUH. Mereka masih berkasak-kusuk.
DUA PULUH SATU. Hanya segelintir dari segudang mereka yang masih tertarik.
DUA PULUH DUA. Ia butuh obat luka dan plester.
DUA PULUH TIGA. Mereka mengaku tidak mengenalnya.
DUA PULUH EMPAT. Ia lelah menghitung.
DUA PULUH LIMA. DUA PULUH ENAM. DUA PULUH TUJUH. DUA PULUH DELAPAN. DUA PULUH SEMBILAN..............
.............. Ia berhenti menghitung. Ia berhenti mengeryit. Dan Ia bangkit sendiri dengan berharap pada keajaiban. Mereka wajar. Mereka menggenapi apa yang dikatakan orang kuno. Bahwa manusia tidak bisa diandalkan. Bahwa kesalahan fatal ketika berharap pada manusia. bahkan berharap pada diri sendiri pun adalah kesalahan dalam melangkah.
-end-
2 komentar:
fe aku nyari tagboard kamu susah banget ke loadnya hehe aku masukin km ke linklist aku aja yaaa, takut lupa soalnya hihi mau dikasih nama siapa linknya?
anyway, aku suka gaya tulisan kamu fe. curcol tapi gak alay heheheh keep it up! :D
Fe, suka suka suka sama gaya nulis kamu!
Posting Komentar