"Kebenaran adalah berani, dan kebaikan tidak pernah takut." -William Shakespeare_Measure for measure-

Rabu, 02 Februari 2011

SETIA?

Hei,
Aku sedang mencari arti kata setia.
Makna setia.
Sebenarnya cukup gampang mencari maknanya. Aku bisa saja membuka kamus besar bahasa Indonesia, atau mencari melalui searh engine google dengan beberapa kata kunci yang tepat.
Tapi.......

Ah, Mari aku ceritakan sebuah kisah terlebih dahulu.

*** 

Suatu kali ada dua orang yang menjalin hubungan dekat. Seperti sahabat (Hmm, jangan seperti sahabat. Aku sedang bingung dengan arti sahabat). Katakanlah seperti kakak-adik. Mereka saling berbagi, berbagi apapun. Aku menyebutnya “berbagi suka dan duka bersama” (Hmmm, terdengar seperti janji pernikahan didepan altar).
Baiklah, tidak masalah seperti apa terdengarnya.

Seiring dengan berputarnya jarum jam, salah satu dari mereka mendapat masalah. Mari kita sebut dia sebagai si adik. Lalu berceritalah si adik pada orang yang dianggap kakak itu.

“Huh, aku bingung. Dia menjauh dariku. Dia seperti tidak menganggapku. Aku seperti dibuang, setelah semua yang terjadi. Aku melakukan banyak hal untuknya. Tapi sekarang aku merasa seperti tidak dianggap. Selain itu ada orang yang cuek padaku begitu saja. Aku tidak tahu apa permasalahannya. Aku diperlakukan seperti tidak ada. Padahal kami baik-baik saja awalnya.”

Lalu si kakak menanggapi,

“Dasar kurang ajar! Seenaknya memperlakukanmu begitu saja! Aku harus melakukan sesuatu untukmu!

“Hei jangan. Aku lah yang bermasalah dengannya. Tidak masalah. Aku senang kau masih peduli untukku. Bantu saja aku dengan menasehatiku apa yang harus kulakukan.


singkat cerita. Si kakak melakukan aksi terlebih dulu pada orang-orang yang melakukan “kejahatan” pada si adik. Bak pembela kebenaran, si kakak melakukan berbagai aksi yang menurutnya penting seperti menghilangkan jejak orang-orang yang “jahat” pada adiknya.

Beberapa puluh meter ditempat mereka berdua tinggal, beberapa orang sedang kebingungan. Mereka melakukan diskusi kecil seperti yang umum dilakukan beberapa kelompok kecil dalam sebuah kelas.

“Tunggu sebentar, mari kita cerna baik-baik. Masalahku bukan dengan orang ini. Tapi dengan temannya yang sering disebut adik itu. Aku sedang menunggu tindakan dari si adik, tapi kenapa kakaknya yang bertindak? Oh! Si adik tidak berdaya! Dia tidak punya kekuatan untuk menyelesaikan masalahnya! Pantas saja si kakak yang bertindak. Ah ternyata kita berurusan dengan orang bodoh.“

“Sepertinya bukan begitu. Melihat apa yang telah dilakukan olehnya, ini seperti tindakan solidaritas. Setia kawan. Ah ya! Setia! Tidak masalah si kakak tidak punya masalah dengan kita, yang penting terlihat setia oleh si kakak!”

“Oh begitu? Jadi seperti ini tindakan setia? Kenapa aku lebih melihat ini seperti tindakan 'mencampuri urusan orang lain'?

“Mungkin memang harus begitu. Untuk setia maka paling tidak kita harus mencampuri urusan orang yang kita setiai.

“Oh, seperti orang bodoh saja. Seolah-olah si adik orang suci saja. Yang setia itu adalah tetap menjadi orang pertama disampingnya ketika seseorang sedang dilanda kesedihan. Menjadi orang yang pertama untuk menegur dengan kasih ketika ia melakukan kesalahan. Membantunya BERPIKIR dalam menemukan cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Bukan dengan bertindak sendiri seolah dialah yang memiliki masalah. Itu hanya akan memperlihatkan orang yang ia setiai tidak punya nyali untuk menyelesaikan masalah. Ciut. Dan hanya akan menunjukkan dirinya sendiri sebagai 'tukang ikut campur masalah orang lain'.

“begitu menurutmu? Logikanya benar. Tapi mungkin kita harus mencari arti harafiah dari istilah setia.”

Mereka mulai mencari makna setia disetiap kamus dan search engine google.
Hasilnya: BANYAK.
Lalu salah satu dari mereka berkata,

“Dari semua yang kubaca, baik dari kamus ini, dari google, atau dari berbagai kumpulan quotes ini, tidak ada yang menunjukkan bahwa setia adalah mencampuri urusan orang lain.

Dan yang lain menjawab,

“Kalau begitu dia tidak setia. Si kakak hanya bersikap sok setia. Jangan hiraukan kalau begitu. Kita berurusan dengan si adik.”

*** 

Hei, bagaimana menurutmu dengan cerita diatas?
Begitukah tindakan yang tepat untuk sebuah kesetiaan?
Katakanlah kisah ini fiktif belaka. Namun tentu polanya terjadi pada realitas.
Kau tidak percaya?
Aku percaya pola setia dan sok setia itu terjadi pada realitas.

Hei, semoga bukan kau yang melakukannya. 
Bukankah menyakitkan disebut sok setia atau disebut tukang ikut campur urusan orang lain?

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Oyi tok...MERDEKA...!!!

Anonim mengatakan...

Oyi tok...MERDEKA...!!!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...