Pernah mengikuti pola “berperang melalui tulisan”? (Oh, aku akan terlalu "vulgar" dan "Terbuka" bagi beberapa orang tertentu pada tulisan kali ini)
Semacam saling memberikan sindiran tajam, saling melempar pendapat mulia, saling mendominasi, dan pada akhirnya saling membuka “aib” masing-masing dan diketahui orang banyak. Lalu, standing applause dari mereka yang menonton. Pernah?
Oh baiklah. Mungkin yang terakhir terlalu berlebihan. Hanya penonton bodoh yang memberikan standing applause pada hal semacam ini.
Aku sedang mengikuti pola ini. Tampak bodoh? Ya, sebenarnya ini memang tampak bodoh. Aku terpancing dengan orang bodoh yang dengan tidak sengaja, menurutnya, telah mengasah ke-sarkastik-an ku. Aku memang bodoh mengikuti pola ini. Tapi sebenarnya ini menyenangkan juga. Kau tahu? Semacam kepuasan tersendiri karena membuat orang bodoh tertentu merasa diatas angin karena berhasil “menyenggol” lukaku.
Sarkastik.
Mereka menyebutku begitu.
Aku terlalu tajam untuk sebuah sindiran. Aku terlalu genius untuk menusuk orang lain melalui tulisan. Seandainya saja aku boleh melakukan press conference untuk menjelaskan bahwa aku hanya akan melakukannya kepada orang-orang yang telah mengusikku. Dengan sengaja maupun tidak disengaja. Aku tidak suka diusik, bahkan ketika mereka hanya “menyentuhkan ujung jarinya” padaku.
Tapi, sesungguhnya aku harus berterimakasih pada orang-orang yang telah “berbaik hati” berceloteh panjang lebar tentangku, dibelakangku. Ini hanya membuat aku semakin hebat dalam kamus ke-sarkastik-an ku. Lakukan terus dan aku yang akan mendapat nilai plus dalam hal ini. Apakah aku terdengar terlalu percaya diri? Oh maaf. Aku tidak bermaksud sombong. Hanya saja ini terlalu menyenangkan untuk dihentikan.
Oh, tentu saja seharusnya ini kuhentikan. Well, pola membalas dengan cara sarkastik. Aku sudah HAMPIR berhasil menghentikannya. Tapi, ada yang menggelitikku untuk melakukannya lagi. Aku tahu bahwa balas dendam adalah dosa. Tidak, tidak. Tenang saja. Ini bukan balas dendam dan bukan kebencian. Ini hanya sarana latihanku untuk menajamkan otakku dengan beberapa kosa kata baru. Ah, ya, ini hanya saranaku untuk memberikan KARYA yang sesungguhnya. Kudengar negara ini sedang membutuhkan karya-karya berkualitas? Jadi, bukan sekarang waktunya aku menghentikan. Nanti, bila perlu, aku akan mendeklarasikan pada dunia kapan ini berhenti.
Lakukan terus. Aku akan mengikuti polanya. Tekan tombol “play” tapi jangan berharap menemukan tombol “stop” dariku. Minta saja keajaiban dari Tuhan agar tombol “stop” itu muncul pada waktu yang tepat sehingga pola ini boleh berhenti.
“kau melakukannya. Bukankah ini tidak ada gunanya. Lakukan dengan cara yang elegan.” , kata orang yang kusayang.
“oh sayang, ini terlalu menyenangkan untuk dihentikan. Bukan aku yang menyalakan api. Jadi biarkan orang yang menyalakan apinya yang menghentikannya.”
“kau akan tampak bodoh dan sama seperti orang yang disebut tidak berkualitas itu.” Ia menjawab.
“ah, kali ini kau harus melihat sungguh-sungguh. Ada perbedaan. Selalu ada perbedaan dengan orang yang disebut tidak berkualitas ini. bahkan aku rela tampak bodoh karena permainan ini terlalu menyenangkan untuk dihentikan. tapi aku tidak akan pernah sama dengan mereka. perhatikan saja.”
“diam adalah cara yang paling elegan untuk menanggapi masalah sepele seperti ini.”
“mari kutambahkan, diam pada saat tertentu adalah cara yang paling elegan untuk menanggapi masalah sepele seperti ini. Karena itu manusia tidak akan pernah diam 100%”.
Nah, ada yang gelisah dan tertusuk dengan kata-kataku diujung bumi sana. Kalau begitu, berhentilah mengipasi api. Kau tidak bermaksud melakukannya dan tidak merasa melakukannya? Ah, kalau begitu abaikan tulisan ini. Mudah saja.
“ini tentang kebebasan berpendapat.” Ada yang mengatakan begitu.
Nah, satu point untukku kalau begitu. Ini juga kebebasanku berpendapat kalau begitu. Impas.
sedikit menyesal karena aku pernah berkoar tentang tidak semua informasi harus kau pamerkan secara utuh. Karena sepertinya itu sia-sia. *sigh*
Aku bodoh karena menanggapi dan mengikuti pola orang bodoh? Tidak apa. Bukan masalah untukku. Pada akhirnya mereka yang menganggapku bodoh, akan mengubah haluan pendapat mereka. Bahkan bukan tidak mungkin orang bodoh yang menciptakan pola yang mengerikan ini akan setuju denganku bahwa ia bodoh, karena telah mengusikku. Touche.
Apakah aku terlalu kejam? Well, mari lakukan permainan “membalikkan posisi”. Bayangkan kau sedang menjadi aku, diusik dengan beberapa KARYA kecil yang manis, berisi tentang sekumpulan bait informasi yang seharusnya tidak perlu kau ketahui karena akan membuatmu mual dan muntah. Kemudian kau panas, kau membalas, kemudian pengusikmu membalas, kemudian kalian berhenti dan berjanji untuk berhenti melakukannya, kemudian secara ajaib kau menemukan sekumpulan bait yang lain, semacam sekumpulan isi hati yang merasa terperangkap, dan ta-ra! Kau panas karena masalahmu yang dulu lah yang sedang dibeberkan seperti membeberkan selimut saat sedang piknik. Nah, bagaimana mungkin kau tidak tergoda untuk mengikuti pola itu?
“jangan tanggapi”.
Aku akan simpan nasihat itu. Aku akan melemparkannya padamu saat kau benar-benar berada diposisiku, tidak hanya membayangkannya. Jadi, beritahu aku jika kau sudah mengalaminya dan kau akan mengerti.
Sarkastik.
Terdengar dari awal hingga akhir tulisan ini?
Maaf, “bakat alam” ini tidak bisa kuabaikan dan kuhilangkan begitu saja. Akan lebih baik jika kau menciptakan tombol "stop" nya dan menghentikan polanya, kemudian membantuku dengan berdoa memohon pada Tuhan agar “bakat” ini tergantikan oleh bakat lain yang lebih halus.
-end-
images from:http://www.someoneoncetoldme.com/photos/08092008.jpg |
2 komentar:
love the wrote fer...couldn't agree more...being sarcastic sometimes is only way to show them...stupid person that can't understand by assertive words...
That's good idea. That's me. Aku senang ada yg sependapat sama aku. Ternyata aku tdk sendirian di dunia ini. Good job friend. Dalam sarkasme tdk ada kata yg disebut kasar. Yg ada hanya lawan yg menyerah krn tdk tahan. Kacian dech mereka....
Posting Komentar