"Kebenaran adalah berani, dan kebaikan tidak pernah takut." -William Shakespeare_Measure for measure-

Minggu, 02 Januari 2011

TERPOJOK.

Tahu tidak bagaimana rasanya terpojok?
Semacam disudutkan...
Seperti adegan-adegan di film-film hollywood..
Si aktor dipojokkan disudut gang oleh segerombolan penjahat, Kemudian dipukuli dan ditendang, kalau keberuntungannya sedang terbang ke tempat lain, akan mungkin pada akhirnya si aktor ditembak atau ditusuk,....dan, mati.

Kalau kejadiannya seperti itu bukankah lebih baik?
Hanya fisik yang terluka. Atau, sekalian seluruhnya mati dan tentu saja tidak akan merasakan apapun lagi.

Tidak, tidak. Dia tidak dipojokkan oleh segerombolan penjahat.
Tidak, bukan manusia.
Dia hanya dipojokkan oleh keadaan.


Hebat. Siapa keadaan? Siapa kondisi? Mereka bukan manusia kan?
Ah, kalau begitu tenang saja. Mereka tidak mampu memegang pistol atau pisau. Dia tidak akan mati. Mereka tidak mampu menyentuh fisiknya. Dia tidak akan terluka.
Tapi.... Hatinya...perasaannya...perasaannya terluka...

Ayo pilih saja, fisik yang luka atau perasaan yang luka?
Pilih? tidak mungkin. Keduanya bukan pilihan. Keduanya adalah neraka. Dan neraka tidak untuk dipilih. Neraka untuk dihindari dan dijauhi. 

Ah ya, baginya keadaan lebih mengerikan daripada manusia. Manusia bisa dibungkam. Manusia bisa dihentikan. Tapi keadaan tidak bisa dihentikan. Jalannya mengalir begitu saja. Menerobos begitu saja. Tidak melihat sekitarnya. Tentu saja mereka tidak membawa senjata. Mereka hanya membawa......

Membawa apa...........
Mereka tidak membawa apa-apa. Keadaan tidak membawa apa-apa.

Tapi bagaimana dia bisa terpojok seperti itu?
Keadaan itu tidak mengerti rasanya terpojok. Mereka hanya mengerti bagaimana memojokkan.
Jelas. Tentu saja. Mereka kan bukan manusia.
Siapa yang menggerakkan keadaan kalau begitu?

Ah, apapun yang berada dibalik keadaan, yang terlihat adalah dia terpojok.
Pilihannya adalah menerobos keadaan atau diam saja dipojok sampai keadaan itu menghimpitnya.

Kalau diam, artinya dia menyerah. Menyerah pada keadaan. Kalau menyerah pada mereka yang terjadi adalah kekonyolan.
Tentu saja konyol. Keadaan tidak membawa senjata. Kita bahkan tidak tahu dengan pasti apa atau siapa yang menggerakkan keadaan sehingga memiliki kemampuan memojokkan yang luar biasa.

Lalu kalau menerobos keadaan itu?

Ah ya. Itu lebih baik. Menunjukkan kalau kita masih memiliki otak cerdas dan kekuatan untuk dapat melewatinya.
Ya. Otak cerdas sebagai bekal untuk menyusun strategi dan melihat celah untuk menerobos keadaan yang telah mendesak kita hingga terpojok. Dan kekuatan untuk menggerakkan segala macam ide yang muncul dari otak cerdas itu.

Ah ya, tentu saja kita tidak tahu apa hasilnya.
Mungkin saja bisa mati karena menerobosnya.
Atau, bisa juga berhasil melewati keadaan. Dengan begitu kita akan mendapatkan applause, minimal diri kita sendiri yang akan bertepuk tangan pertama kali karena tidak menyerah dengan keadaan.

Ah ya. Gang nya masih banyak. Keadaan juga masih bebas berlari-lari. Artinya, akan selalu memungkinkan kita terpojok oleh keadaan. Lagi.
Tapi, kalau tidak menyerah dan berhasil menerobos keadaan sebelumnya, tentu saja kita juga dapat melewati adegan terpojok selanjutnya.
Kalau mati karena menerobos keadaan?
Itu juga lebih baik daripada menyerah dengan mereka.
Setidaknya kamu tidak akan mati konyol dan tetap mendapat applause meskipun pada akhirnya harus mati. Yah, tidak dengan konyol. Tapi dengan terhormat.

Hei, lagipula, keadaan tidak sehebat Tuhan. Siapa keadaan hingga berani melebihi Tuhan? 

Selalu ada celah untuk melewati keadaan.
Ya. Selalu ada celah.
Setidaknya cobalah untuk menerobosnya. Cobalah untuk berpikir menerobosnya. Dan celah yang paling kecilpun pasti akan terlihat. Tidak semoga, tapi pasti.

Dimana dia yang terpojok dengan keadaan? Ada kabar baik untuknya. dia masih berkesempatan memilih. Kalau kau menemukannya, tolong beritahu dia pilihan-pilihan itu. Sebelum terlambat, tentu saja. Lagi pula, kau tidak mungkin tidak menemukannya,
Ada banyak “dia” yang sedang terpojok oleh keadaan akhir-akhir ini....


Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...