"Kebenaran adalah berani, dan kebaikan tidak pernah takut." -William Shakespeare_Measure for measure-

Minggu, 02 Januari 2011

"CINTA BERTEPUK SEBELAH TANGAN"

“aku sedih. Aku menyukaimu dan menyayangimu begitu dalam. Kenapa kau tidak melakukan hal yang sama? Kenapa hanya diam? Kenapa tidak membalas? Kau menyakitiku.....” 

Ah betul. Skenario cinta. Perasaan tidak berbalas. Menyakitkan. 

Apa istilah yang tepat untuk semua ini? ‘cinta bertepuk sebelah tangan’. Mereka yang gila dengan istilah cinta menyebutnya seperti itu.

Menyakitkan karena ternyata timpang. Tidak seimbang. Tidak saling menyukai, menyayangi, mencintai, atau istilah lain yang sama. Hanya sebelah. Ah ya, tentu saja menyakitkan. Seperti ditikam bukan? 

Tapi siapa manusia hingga boleh memaksakan perasaan? 

Tidak suka tidak berarti menyakiti bukan? 

tidak membalas suka tidak berarti menikam jantungmu bukan? 

Diam tidak berarti menyobek hidupmu bukan? 

Ah ya betul...melankolis. 

Seolah-olah hidupmu berakhir karena kegiatan percintaanmu tidak berbalas. dan menyerukan pada dunia bahwa kamu tersakiti olehnya. 

Atau, menceritakan pada dunia segala perjalanan percintaan yang bahkan dirimu sendiri belum tahu kejelasannya? 

Mengikrarkan bahwa dirimu kuat dan mandiri. Tapi mengolok diri sendiri dengan segudang teriakan patah hati yang membuatmu merasa bahwa kau orang yang paling harus dikasihani. 

Ah. Betul. Kasihan. 

Apalagi sebutan yang pantas untuk orang seperti ini? 


Ya betul. Sakit karena timpang. Sakit karena menghadapi kenyataan bahwa hanya kita yang bersusah payah menyayangi seseorang. Tapi meneriakkan dihadapan dunia? 

Hei lady, kau pikir dengan berteriak dihadapan dunia, cintamu akan berbalas? 
kau hanya akan menjadi olok-olok. Mainan yang cukup menarik, kemudian sesudahnya akan dibuang ke tong sampah. Lalu diolah menjadi mainan yang lain. 

Ouch. Baiklah. Mungkin berlebihan. Bukan dunia. Hanya seantero lingkunganmu. 

Sayang sekali kalau ternyata jeritanmu mengganggu orang lain yang sebelumnya berada dalam lingkunganmu. 

Tidak pernah terpikir? haha. tentu saja. Kalau sedang patah hati, mana mungkin sempat memikirkan oranglain. Tentu saja pusatnya hanya dirimu sendiri. 

Berarti lingkunganmulah yang harus memaklumimu?

Oh tidak adilnya hidup ini. Tentu saja lebih baik melangkah keluar dari lingkungan yang semakin lama semakin menjijikkan. 


Tidak, tidak. Tidak akan ada yang memasukkanmu ke penjara karena jeritan melankolismu tentang cinta bertepuk sebelah tangan. 
Kau hanya akan dikasihani, ditertawakan, diperbincangkan dibelakang punggungmu, dan pada akhirnya kau hanya akan disebut lemah.... 

Dan berlebihan....... 


Ah ya, lebih baik dari penjara dan denda? 

Lakukan saja kalau begitu. Terus saja berteriak dihadapan dunia bahwa kau disakiti oleh seseorang yang kau sukai hanya karena dia tidak memiliki perasaan yang sama untukmu dan dia memilih diam, bahkan menghindar jika kau terlalu posesif. 

Hanya saja, hal itu bisa saja memicu semacam perang. 

Terpicu dari ketidaknyamanan, kemudian jijik, dan akhirnya saling menyindir. Lalu salah satu meledak. 

Ah, bukan perang besar seperti perang dunia pertama dan kedua. Hanya perang kecil. Sangat kecil malah. Mungkin yang meledak juga kecil. Tidak menimbulkan kematian. 

Tapi jelas mampu membuatmu tidak lagi terlihat hebat dan menyenangkan.
Hanya tidak nyaman dan jijik. Oh ya, bisa saja, kehadiranmu saja akan membuat udara tidak lagi terasa sejuk. Bahkan ketika kamu tidak melakukan apapun. 

Ya. Pikirkanlah kembali. Tidaklah menyenangkan menjadi semacam virus. Kalau kau melakukannya secara berkala, lama-lama dirimu sendiri akan menjadi virus. Semacam virus menyedihkan.

Berteriaklah tentang segala kegiatanmu. Tapi tidak kegiatan percintaanmu yang menyedihkan. percayalah, tidak semua informasi kehidupanmu harus kau beberkan. terkadang hal itu hanya akan mengganggu orang lain. 

Ya. berlebihan. terlalu banyak. pernah dengar sesuatu yang terlalu banyak atau terlalu sedikit akan merusak kesehatan?

Maaf, hanya akan mengganggu orang lain. Bahkan ketika kamu tidak lagi melakukan apapun.


“maaf”. 

Ah ya. Maaf. Perkara mudah. “aku minta maaf.” 

Lalu? 

“ya baiklah. Aku memaafkanmu.” 

Lalu? 

Segalanya akan berjalan seperti semula. 


Ah, salah. Segalanya tidak akan sama seperti semula. Tidak pernah sama. Maaf dan memaafkan akan terlontar. Perang terbuka akan berakhir. Ledakan-ledakan kecil akan berkurang. Tapi tidak pernah sama. Sudah ada kerusakan di tempat terjadinya ledakan. Perbaikan hebatpun tidak akan mengembalikan yang semula. 

Yang sama hanyalah label diatas kepalamu bahwa kau memang kasihan. Hidupmu menyedihkan. Itu saja. Coba cari cara lain untuk mengembalikan label tentang “aku kuat dan mandiri” yang kau ikrarkan itu. 

Hei, coba cari antivirusnya. Siapa yang tahu kalau-kalau virus itu akan menyerang kembali.. 

Ouch! 



Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...