"Suatu hari ada seorang anak yang sedang asyik mengamati sebuah kupu-kupu yang akan keluar dari kepompongnya. Ketika anak itu sedang mengamati kepompong tersebut, kupu-kupu itu terlihat kesulitan dan bersusah payah keluar dari kepompongnya. Anak itu merasa kasihan dan berniat membantu kupu-kupu itu keluar. Maka ia mengambil gunting dan memotong kepompong itu dengan maksud agar kupu-kupunya lebih mudah untuk keluar. Kemudian, kupu-kupu itu keluar, namun dia tidak dapat terbang dan akhirnya terkulai lalu mati."
Saya mendapatkan ilustrasi ini dari seorang pendeta yang sedang berkotbah hari minggu kemarin. Cerita ini ternyata juga sudah diceritakan di banyak blog dan kaskus. Tapi saya cukup kaget dengan cerita ilustrasi ini. Selain saya belum pernah mendengar cerita ini sebelumnya, saya juga seperti dibuat mengerti oleh beberapa hal melalui cerita ini.
Saya pernah berada di posisi anak kecil itu. Saya sibuk mencari cara untuk melindungi dan mengatasi masalah orang lain, lebih tepatnya, masalah orang-orang yang saya sayangi. Jika bisa, saya akan memperpendek prosesnya dan cepat-cepat "menyelamatkan" orang-orang yang saya sayangi dari berbagai masalah dan prosesnya yang menyakitkan. Saya menawarkan diri. Meyakinkan orang lain bahwa bersama saya dia akan aman.
Ouch! Inilah pahlawan kesiangan. Saya menyadari satu hal, saya bukan Tuhan, saya bukan pahlawan amerika yang pandai memanjat tembok atau menerjang badai untuk menyelamatkan orang lain. Cerita ilustrasi ini memberitahu saya satu hal, bahwa ada masanya dimana setiap orang harus menghadapi masalahnya sendiri. Setiap orang akan mendapati masa dimana ia harus berjuang sendiri untuk melewati proses demi proses dan bukannya memotong proses itu seolah-olah dengan waktu singkat, ia akan berjaya.
Dari cerita itu saya mengerti bahwa jika mengikuti prosesnya, maka kupu-kupu itu akan menjadi indah dan dapat terbang tinggi. Jika kupu-kupu saja harus melewati proses, mengapa kita tidak?
Akhirnya saya menyadari, bahwa ada masa dimana saya harus "tega" melihat orang-orang yang saya sayangi bergulat dengan apapun yang menjadi masalahnya dan mencari cara untuk berusaha keluar. Tugas saya adalah menunggu, mendukung dan siap. Menunggu prosesnya berakhir, mendukungnya dengan cara lain selain memotong "kepompongnya", dan siap menyambutnya ketika berhasil keluar dari persoalan.
Saya yakin banyak sekali yang menanggapi cerita ilustrasi itu dengan cara dan pandangan yang berbeda-beda. Bukan masalah. Saya berharap, apapun pandanganmu tentang ilustrasi itu, membuatmu mengerti tentang hal-hal baik yang nampaknya tersembunyi dan kembali bersemangat menghadapi apapun "kepompong" nya.
Dan ini untuk semua orang dengan keyakinan yang berbeda-beda. Selamat menikmati hidup. Selamat menikmati "kepompong"mu. Selamat menunggu dan bersiap-siap bagi kamu yang sedang menjadi anak kecil itu. Oh, jangan lupa, singkirkan gunting yang akan digunakan untuk memotong kepompong orang-orang yang kamu sayangi.
*Tebar bunga mawar*
p.s: saya men-
deactive-kan facebook saya. Mari berteman melalui
twitter,
tumblr, dan blog ini saja. *tebar kartu nama*