Cinderella, kisah dongeng seorang gadis miskin yang disia-siakan oleh ibu dan saudara-saudara tirinya. Hidupnya menderita sampai ia bertemu dengan pangeran berkuda putih. Secara singkat, mereka bertemu dan hidup bahagia untuk selama-lamanya.
Banyak orang yang menginginkan hidupnya berakhir bahagia layaknya sang cinderella. Bertemu dengan ibu peri, mengubah penampilan diri menjadi sangat fabulous hanya dengan lambaian tongkat ajaib. Kemudian bertemu dengan pangeran yang langsung jatuh hati pada pandangan pertama, kemudian, bersama-sama melawan ibu tiri dan saudara-saudara tirinya, dan akhirnya hidup bahagia, selamanya. Tapi apakah hidup segampang itu?dimana kita bisa menemukan tongkat ajaib yang hanya dengan sekali lambaian bisa mengubah hidup kita selamanya? Terkadang, orang tidak menyadari bahwa separuh hidupnya hanya dipenuhi dengan pemikiran yang, bisa dikatakan, naif. Bolehkah kita bersikap naif? berpikir naif? Apakah semua peristiwa yang terjadi dalam hidup kita terjadi sesuai dengan pikiran naif kita? Hidup bukan sesuatu yang rumit. Seharusnya hidup bukan sesuatu yang sangat rumit. Hanya saja, kenapa dalam realitanya, menjalani hidup sangatlah sulit dan rumit?
Sadarkah manusia bahwa manusia itu sendirilah yang membuat hidup begitu rumit?Seberapa banyak yang sadar tentang hal ini? manusia membuat segalanya menjadi lebih rumit ketimbang yang seharusnya. Seandainya saja semua peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita terjadi sesuai dengan yang kita inginkan, pasti hidup akan menjadi sangat menyenangkan dan kita tidak perlu bersusah payah dengan keadaan sekitar kita. Tapi tunggu dulu, apakah semua yang kita inginkan memang yang terbaik untuk diri kita?siapa yang paling mengetahui apa yang terbaik untuk diri kita sendiri?benarkah memang hanya diri ini yang paling mengetahui apa yang terbaik untuk dirinya sendiri? Lalu kalau kita hanya berkutat dengan diri sendiri, bagaimana dengan orang lain? Apakah kita hanya hidup secara individual didunia yang sangat luas ini?tepatnya, apakah kita mampu hanya menjalani hidup yang hanya berkutat dengan diri sendiri? Bisakah kita hanya memikirkan diri sendiri dan tidak perlu memikirkan orang lain? Seandainya saja kita memang bisa hidup sendiri dan tidak perlu bersanding bersama orang lain, tidak perlu berkomunikasi dengan manusia lain. Yah, Kita tidak hidup dalam dunia “seandainya”. Dunia “seandainya” hanya menawarkan sesuatu yang tidak dapat dicapai. Tapi dalam realita ini, bukankah tidak sedikit orang yang hidup dalam dunia “seandainya”? Kalau saja kita bisa memerintahkan setiap orang yang kita temui untuk memahami bahwa hidup seharusnya tidak rumit, dan jangan membuat hidup menjadi rumit, kalau saja kita bisa memerintahkan setiap orang yang berpapasan dengan kita untuk tidak memikirkan diri sendiri dan mulai pikirkan orang lain, kalau saja kita bisa memerintahkan kepada setiap manusia melankolis untuk keluar dari dunia cinderella dan hadapi dunia nyata, kalau saja kita bisa meneriakkan pada setiap makhluk yang ada dibelahan dunia ini untuk mengubah cara berpikir bahwa tidak semua yang kita pikirkan dan kita inginkan adalah yang terbaik untuk diri sendiri, kalau saja kita bisa mengatakan pada dunia bahwa mulailah berpikir simple dan jangan memperumit keadaan.
Tapi, dunia ini bukan dunia “kalau saja”,
Apalah bedanya “kalau saja” dan “seandainya”?
Lagipula, bukankah setiap keputusan ada ditangan kita sendiri?dan bukankah setiap manusia yang merasakan kehidupan memiliki jawabannya masing-masing atas setiap pertanyaan tersebut........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar