"Kebenaran adalah berani, dan kebaikan tidak pernah takut." -William Shakespeare_Measure for measure-

Minggu, 26 Juni 2011

Si kaki kecil.

Si kaki kecil berlari-lari, memakai sepatu dengan bunyi berdecit. Bunyinya cukup memekakkan telinga. Membuat telinga berdenging. Tapi si kaki kecil tetap berlari. Langkahnya tertatih-tatih. Tapi ia tidak berhenti. 

Lalu ia jatuh. Hening. Suara decitnya berhenti. Telinga berdenging pun ikut berhenti. Lalu ia menangis keras. Kali ini bukan lagi telinga yang berdenging, tapi hati pun ikut pilu.

"Oh, cup cup. Tidak apa terjatuh asal kau berdiri kembali." Kata si ibu sambil menepuk-nepuk lembut kepala si kaki kecil. Beberapa menit kemudian, si kaki kecil meronta minta dilepaskan dari pelukan ibunya. Si ibu melepasnya dan si kaki kecil pun kembali tertatih. Namun ia berusaha berlari, lagi. Tidak kapok dengan kejatuhannya. Luka di lutut terlupakan. Kali ini lebih bersemangat. Bunyi sepatunya kembali berdecit. Lambat laun terdengar seperti alunan musik.

Ah, ya. Si kaki kecil berlari dan menari. Diiringi tawa dan senyum lebar dari mulut kecilnya. Binar matanya menusuk, mengajak siapapun untuk ikut bersemangat dan menari bersamanya. Decit sepatunya tidak lagi memekakkan telinga. Angin dan rumput ikut menari bersamanya.
Si kaki kecil masih tertatih, masih luka. Namun ia tetap berlari. Dan menari. Dan tertawa. 
Oh, ibu mana yang tidak tersenyum melihatnya.

Si kaki kecil pasti akan terjatuh, lagi. Pasti akan terluka, lagi. Pasti akan menangis, lagi.
Tapi si kaki kecil pasti akan berdiri, lagi. Pasti akan berlari, lagi. Pasti akan menari, lagi. Pasti akan tertawa, lagi.
Karena ia tahu, ada pengawas untuknya, yang akan mengangkatnya dan memeluknya, melepasnya, lalu mengijinkannya berlari lagi, hingga orang lain akan tersenyum bersama-sama dengannya. 

Ah, jangan lupa decit sepatunya. Decitnya akan kembali membentuk alunan musik riang. Hingga angin dan rumput ikut bersenandung.

Si kaki kecil. Berlari, jatuh, menangis, bangkit, berlari, menari, dan tertawa. 

images from here


3 komentar:

Adhi Glory mengatakan...

saya membayangkan seorang bocah yg tak pantang menyerah membayangkannya...
ini tentang dirimu sendiri ya, fe? :S

Symphony of Elegy mengatakan...

wah ceritanya hebat mbak, inspiratif. :D
disini ada pelajaran hidup yang bisa dipelajarin. Tentang betapa pentingnya berdiri kembali setelah jatuh, seberat apapun atau separah apapun keadaan kita jatuh sekuat mungkin kita harus berdiri kembali, walau tertatih dan berpeluh darah. bener gak mbak?

two thumbs up buat mbak :D

FeraSuliyanto mengatakan...

@adhi: hayo tentang siapa hayo, yang jelas kaki saya tidak kecil, bung adhi. :D
tepat seperti itu yang saya bayangkan ketika menulis cerita ini. :)

@Rizki: *blushing* :D yup benerrr! bisa sepeerti itu. :) two thumbs up for you too, rizki, krn bisa menarik kesimpulan yg kereennn :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...