"My dear God,
I ask for humility and an attitude of grateful heart.
I ask for strength to forgive and release.
I ask for courage to step forward.
I ask for blessing from You to bless others.
And, I ask for pipi tirus. Amen. "
"Give thanks, with a grateful heart...."
Saya senang. Pada akhirnya Tuhan selalu mengarahkan mata dan hati
saya pada hal-hal yang bisa disyukuri. Ada banyak sekali hal tidak
sempurna yang terjadi dalam perjalanan satu tahun ini. Kondisi
menjatuhkan saya. Situasi memojokkan saya. Orang-orang tertentu yang
dulu berarti, meninggalkan saya. Keadaan menginjak harga diri saya.
Pilihan-pilihan yang disediakan dunia, mengecoh saya. Lalu saya jatuh
dengan bunyi debum yang sangat keras.
Sayangnya, saya sendirilah yang harus berjuang membangkitkan hal-hal
yang sudah runtuh. Seperti kata orang-orang bijak itu: berani berbuat,
berani bertanggung jawab.
Tapi inilah hadiah yang paling berharga, yang sudah Tuhan sediakan untuk
saya. Saya rasa, Tuhan memang sangat kreatif dan luar biasa. Untuk
hadiah hari ini, Ia sudah menyiapkan dari jauh hari. Tanda luar biasa
bahwa Ia begitu mencintai saya dan begitu memikirkan saya dengan serius.
Saya ditempatkan pada situasi dimana saya harus lulus dalam pelajaran
memaafkan. Bukan berarti saya sudah sempurna. Masih. Saya masih belajar.
Dengan sangat keras.
Saya ditempatkan pada situasi dimana saya harus lulus dalam pelajaran
menghormati pihak-pihak yang sudah ditetapkan untuk tetap dihormati
sekalipun mereka "tersandung" dan menyenggol saya.
Saya disadarkan dengan cara yang manis bahwa saya tidak pernah sendiri.
Dan saya disadarkan bahwa saya selalu punya kesempatan untuk bermimpi,
berharap, dan menjadikannya nyata.
Beberapa bulan ini rasanya begitu dingin. Saya pikir, saya hancur dan
tidak terselamatkan. Saya bahkan sempat berharap untuk tidak melalui
hari ini. Mimpi saya hancur. Rencana saya berantakan. Semua tampaknya
seperti kiamat. Dan saya tidak mampu berharap dan membangunnya kembali.
Tapi, yah. Itulah Tuhan. Katakan saya terlalu religius, saya tidak
peduli. Hari ini adalah hari berpestanya saya dengan Tuhan. Kami saling
mendentingkan gelas sampanye sambil duduk di padang rumput yang sejuk.
Saya membayangkan bicara seperti ini pada Tuhan:
"Yah, Tuhan. Agak terlalu berat untuk satu tahun terakhir ini. Tapi aku
mulai memahami caraMu bekerja. Semakin tahun semakin berat. Ternyata Kau
sedang mendorongku untuk naik pada level berikutnya. Ini melelahkan.
Tapi Kau pasti sudah tahu. Untungnya Kau sangat mengenali kemampuanku.
Anyway, terimakasih untuk mereka, sahabat-sahabat yang luar biasa. Terimakasih untuk orang-orang baru yang Kau hadirkan dalam hidupku.
Terimakasih untuk setiap kata yang sengaja kau lewatkan ke otakku,
karena setelah aku menulisnya, membacanya ulang, aku dikuatkan.
Terimakasih untuk hadiah luar biasa tahun ini. Mungkin, besok-besok,
kelemahanku akan kambuh. Kebiasaan mengeluh bisa saja kumat. Tapi, Hari
ini, aku hanya ingin mendentingkan gelas sampanye bersamaMu, memeluk
tanganMu dengan mesra, dan berjalan-jalan. Aku mencintaiMU, tahukah Kau?
Tanggal ini, 23 tahun yang lalu, Kau pasti sudah tahu kalau 23 tahun
kemudian, aku akan mengatakan dan menuliskan ini untukMu. Iya, kan? You
are so W.O.W lah, Tuhan, ciyus!"
Halo, saya sedang senang dan sayang sekali kalau tidak berbagi
kesenangan ini padamu. Selamat bersenang-senang hari ini, hai
orang-orang hebat. Tahu tidak, seperti kata Tuhan pada saya: "because
your destiny, is in My hands, dear."
Begitu juga dengan kamu. Karena
apapun yang kamu kerjakan, akan dibuatNya berhasil. Well, jangan
terkecoh dengan keadaan. Saya pernah terkecoh, dan rasanya, so We.O.We
menyedihkannya. Padahal kan, kita dirancang untuk menaklukkan keadaan.
Bukan sebaliknya. Ini ciyus! Dadah. *kecup*
-tulisan ini ditulis dalam kondisi menahan senyum-senyum aneh karena terbayang beberapa kejadian manis pagi ini. Ihik. AHEY!-
|
images from tumblr |