picture from here |
"Kebenaran adalah berani, dan kebaikan tidak pernah takut." -William Shakespeare_Measure for measure-
Rabu, 17 Agustus 2011
Storm and Sun
Sabtu, 13 Agustus 2011
Berhenti sejenak.
Kaki kecil melangkah cepat. Setiap langkah jaraknya lebar.
Kaki kecil tidak berhenti melangkah. Sempat menginjak kerikil dan mengaduh.
Kaki kecil berusaha menyamakan irama. Mengejar waktu yang tidak pernah berhenti.
Kaki kecil mulai melambat. Setiap langkah menjadi begitu berat.
Kaki kecil belum berhenti melangkah. Sempat menginjak duri dan mengaduh, sampai menangis.
Kaki kecil masih berusaha menyamakan irama. Tetap mengejar waktu yang tidak pernah berhenti.
Kaki kecil menjerit. Mata kakinya resah dan awas. Memandang sekeliling. Belum ada kaki lain yang berhenti.
Kaki kecil tidak boleh berhenti. Kaki lain tidak berhenti, waktu pun tidak berhenti.
Kaki kecil tidak boleh tertinggal.
Tapi, kaki kecil hanyalah sebuah kaki, meski tidak boleh berhenti, namun tetap berharap untuk boleh berhenti sejenak.
"Tuhan, Tuhan, si kaki lelah. Setiap ototnya protes. Benarkah si kaki tidak boleh berhenti? Meski untuk sejenak?"
"Tuhan, Tuhan, si kaki lelah. Kaki kecil ini ingin berhenti sebentar saja. Paling tidak, berhenti sejenak untuk mencabut duri dan mengobatinya...."
Kaki kecil tidak berhenti melangkah. Sempat menginjak kerikil dan mengaduh.
Kaki kecil berusaha menyamakan irama. Mengejar waktu yang tidak pernah berhenti.
Kaki kecil mulai melambat. Setiap langkah menjadi begitu berat.
Kaki kecil belum berhenti melangkah. Sempat menginjak duri dan mengaduh, sampai menangis.
Kaki kecil masih berusaha menyamakan irama. Tetap mengejar waktu yang tidak pernah berhenti.
Kaki kecil menjerit. Mata kakinya resah dan awas. Memandang sekeliling. Belum ada kaki lain yang berhenti.
Kaki kecil tidak boleh berhenti. Kaki lain tidak berhenti, waktu pun tidak berhenti.
Kaki kecil tidak boleh tertinggal.
Tapi, kaki kecil hanyalah sebuah kaki, meski tidak boleh berhenti, namun tetap berharap untuk boleh berhenti sejenak.
"Tuhan, Tuhan, si kaki lelah. Setiap ototnya protes. Benarkah si kaki tidak boleh berhenti? Meski untuk sejenak?"
"Tuhan, Tuhan, si kaki lelah. Kaki kecil ini ingin berhenti sebentar saja. Paling tidak, berhenti sejenak untuk mencabut duri dan mengobatinya...."
images random from google |
Jumat, 05 Agustus 2011
Gadisku.
Hai kamu, gadisku. Aku merindukanmu dan merindukanmu.
Inilah saat-saat dimana seharusnya kita sedang bersenda gurau, saling mengejek, tertawa, lalu bertukar kabar.
Aku hanya manusia biasa, yang kemarin mencoba kuat, berpikir sudah kuat, tapi kemudian tersungkur lagi, hanya karena belum boleh melihat dan mendengarmu.
Aku hanya gadis biasa, tidak dengan kekuatan super yang bisa menolak cengeng, hanya karena belum boleh melihat dan mendengarmu.
Muluk-mulukkah aku, meminta pada Tuhan untuk boleh melihat dan mendengarmu saja?
Tidak perlu menyentuh, hanya melihat dan mendengar.
Tuhan tidak sepikir sekata denganku. Aku belum boleh melihat dan mendengarmu, bahkan jika aku hanya meminta salah satunya saja.
Ini. Hanya ini yang diperbolehkan Tuhan. Menyapa searah. Aku kepadamu, tapi kamu tidak kamu terhadapku.
Ini. Aku mengukir kue lezat untukmu di langit bertabur bintang, agar kuenya lebih dekat denganmu sehingga bisa kau sentuh.
Selamat ulang tahun.
Rayakan bersama Tuhan dan para malaikat.
Tuangkan sampanye dan dentingkan gelasnya untukku, agar aku berhenti protes dan tidak lagi mengulang kebiasaan bertanya tentang "mengapa", yang justru membuatku semakin sakit.
Titipkan senyummu pada Tuhan, agar aku tahu kau baik-baik saja, dan aku boleh bangkit kembali dan tidak kehilangan iman dan kekuatan itu.
Potong kuenya untukku, agar aku tahu, kue yang kubuat diantara bintang-bintang malam, tidak menjadi sia-sia.
Aku merindukanmu dan merindukanmu. Sangat.
Selamat berpesta dengan Tuhan, para malaikat, dan papa, hai kamu, gadisku, kakakku yang kusayang.
Inilah saat-saat dimana seharusnya kita sedang bersenda gurau, saling mengejek, tertawa, lalu bertukar kabar.
Aku hanya manusia biasa, yang kemarin mencoba kuat, berpikir sudah kuat, tapi kemudian tersungkur lagi, hanya karena belum boleh melihat dan mendengarmu.
Aku hanya gadis biasa, tidak dengan kekuatan super yang bisa menolak cengeng, hanya karena belum boleh melihat dan mendengarmu.
Muluk-mulukkah aku, meminta pada Tuhan untuk boleh melihat dan mendengarmu saja?
Tidak perlu menyentuh, hanya melihat dan mendengar.
Tuhan tidak sepikir sekata denganku. Aku belum boleh melihat dan mendengarmu, bahkan jika aku hanya meminta salah satunya saja.
Ini. Hanya ini yang diperbolehkan Tuhan. Menyapa searah. Aku kepadamu, tapi kamu tidak kamu terhadapku.
Ini. Aku mengukir kue lezat untukmu di langit bertabur bintang, agar kuenya lebih dekat denganmu sehingga bisa kau sentuh.
Selamat ulang tahun.
Rayakan bersama Tuhan dan para malaikat.
Tuangkan sampanye dan dentingkan gelasnya untukku, agar aku berhenti protes dan tidak lagi mengulang kebiasaan bertanya tentang "mengapa", yang justru membuatku semakin sakit.
Titipkan senyummu pada Tuhan, agar aku tahu kau baik-baik saja, dan aku boleh bangkit kembali dan tidak kehilangan iman dan kekuatan itu.
Potong kuenya untukku, agar aku tahu, kue yang kubuat diantara bintang-bintang malam, tidak menjadi sia-sia.
Aku merindukanmu dan merindukanmu. Sangat.
Selamat berpesta dengan Tuhan, para malaikat, dan papa, hai kamu, gadisku, kakakku yang kusayang.
Yang mencintaimu dengan sepenuh hati.
images from here |
Rabu, 03 Agustus 2011
HANYA BERTANYA
Otak, apa yang sedang terjadi padamu? kenapa tidak bisa berpikir jernih lagi?
Hati, ada apa denganmu? Kenapa menyerah dengan keadaan?
Mata, kamu baik-baik saja? Kenapa terus mengeluarkan air mata?
Suara, kamu bersembunyi dimana? Kenapa tidak lagi lantang dan cerdas seperti dulu?
Mulut, kamu baik-baik saja? Kenapa tidak bisa berhenti mengunyah?
Perut, paha, lengan, dan pipi, maukah berbaik hati sedikit? Kenapa terus membesar dan membengkak?
Hati, ada apa denganmu? Kenapa menyerah dengan keadaan?
Mata, kamu baik-baik saja? Kenapa terus mengeluarkan air mata?
Suara, kamu bersembunyi dimana? Kenapa tidak lagi lantang dan cerdas seperti dulu?
Mulut, kamu baik-baik saja? Kenapa tidak bisa berhenti mengunyah?
Perut, paha, lengan, dan pipi, maukah berbaik hati sedikit? Kenapa terus membesar dan membengkak?
*curahan hati si gadis yang TIDAK SENGAJA gendut*
images from here |
Langganan:
Postingan (Atom)