"Karena saat halaman mulai dibuka, tulisan mulai dibaca, dan imajinasi mulai bekerja, maka disitulah hanya ada aku dan duniaku." (-Fe's-)
Saya baru aja selesai membaca 6 novel sekaligus dalam waktu 20 jam. Kalau ditotal, semua ada sekitar 1700 halaman. Apakah mata saya baik-baik saja? Yaaa, masih sipit, masih bisa lihat yang boleh dilihat dan yang tidak boleh dilihat kok. Cuma agak senut-senut dikit, dan harus ekstra rajin gigitin wortel. Hihihi.
Semuanya bermula dari teman saya (Char) yang berinisiatif meminjamkan saya 1 set novel Alia Zalea. Titahnya kurang lebih berpesan, selesaikan 1 set Alia Zalea, setelah itu menyusul Ika Natassa dan Christian Simamora.
Saya suka baca novel yang dibilang orang-orang "cheesy". Saya suka baca semua jenis buku dengan genre apa saja. Tapi ada masa dimana saya butuh yang ringan, yang simple, dengan bahasa yang nggak berat, dan mengalir aja gitu. Bahkan kadang-kadang sudah bisa saya tebak alurnya.
Buat apa baca buku cetek begini? Buat me-refresh pikiran bro. Beban idup udah berat, boleh kan sekali-sekali baca yang ringan aja? Hihihi.
Sooo, balik lagi ke novelnya orang Endonesa, dan dalam hal ini adalah Alia Zalea. Sebenernya saya nggak terlalu suka baca novel yang penulisnya dari Indonesia. Kalau urusannya sama yang ringan-ringan dan cetek-cetek, saya sih pilih harlequin aja. Tapi akhirnya saya terima inisiatif Char. Daann... You know lah, tadi saya bilang baru saja menghabiskan 20 jam "tenggelam dalam 1700 halaman" kan..
Saya kapok meng-underestimate-kan para penulis novel (kali ini genre metropop) dari Indonesia. Ya ampun! Maaf yaaa! Beneran saya khilaf! Nggak-nggak lagi deh begitu. Hiks.
Bukan berarti saya nggak pernah baca karya bangsa yaa. Untuk kategori novel, saya pernah baca milik Kireina Enno (Selamanya Cinta), 5 cm, Place Monge, dan beberapa karya penulis Indonesia. Semua ada di perpustakaan mini saya. Tapi kalau urusannya sama metropop yang mirip-mirip harlequin? Nggak dulu deh.
Tentang Alia Zalea, well, saya sangat menikmati. Dia sukses membuat imajinasi saya bekerja dengan hebat. Tulisannya bikin saya ngayal cowok-cowok kece yang udah di deskripsikan disitu. Secara cerita? Simple story, nggak bikin mikir berat, alurnya gampang diikuti. Berhubung saya ini bacanya 1 set novelnya, saya agak nggak setuju sama urutannya. Kurang urut aja gitu. But yeah, it's not a big deal lah. Itu kan cuma masalah selera. Kalau saya menghabiskan 20 jam tanpa henti untuk Alia Zalea, maka hasil akhirnya adalah puas. Sangat menghibur. Hihihi
Tentang 20 jam dan 1700 halaman, oh yeah saya suka moment ini. Ini mengingatkan saya akan moment dimana saya melibas habis 1200 halaman seri harry potter yang ke 5 hanya dalam semalam. Mulai jam 2 siang, selesai jam 4 pagi, saat itu. Itulah pertama kalinya saya membaca buku sangat tebal dalam waktu yang cukup singkat (bagi saya). Yaa emang matanya cenut-cenut setelah itu, tapi saya suka. Inilah saat dimana saya bisa melupakan sejenak urusan diluar yang lagi hebat-hebatnya menjitak-jitak otak saya. I got my own world in many pages of books.
"Tenggelam dalam buku", itu istilah saya. Saat bersama buku lah, saya nggak perlu social media yang udah bikin addict itu. Saya nggak perlu internet. Saya nggak terlalu ingat sama cemilan, which is diet aman terkendali. Saya juga bisa mengabaikan beberapa hal yang nggak penting tapi seringnya menyerang perasaan dan pikiran. Lebih santai, lebih nyaman.
Dan begitulah. Buku juga bikin saya terinspirasi menulis. Menulis blog maksudnyaaa. Belum sehebat teman-teman yang udah bisa membuat sebuah (atau lebih) buku kok. Hihihihi.
Akhir kata, mata saya cenut-cenut, punggung agak sakit karena kebanyakan gaya saat aktivitas membaca novel-novel ini, tapi so far, saya senang diperkenalkan kepada metropop. Jadi kan khayalannya nggak bule mulu.. Hahaha.