Jangan hujan!
Gadis berkepang dua ingin menari. Menari diatas jalan beraspal yang hangat. Abu-abu dengan garis putih.
Menari lincah diatasnya. Kaki kiri menapak, kaki kanan melayang. Kaki kanan menapak, kaki kiri melayang. Lalu, kaki kanan dan kaki kiri menapak jalan beraspal bersama-sama. Tujuh, Delapan, Sembilan. Begitu hitungannya. Deru motor dan klakson mobil. Musik indah itu. Tambahkan bel sepeda dan knalpot sombong. Teriakan histeris para pengemudi. Tepat! Itu liriknya!
Jangan hujan!
Gadis berkepang dua tidak suka menari bersama hujan. Gadis berkepang dua tidak suka hujan.
Sendu. Basah. Lepek. Dingin. Malas. Beku.
Menyebalkan.
Jangan hujan!
Gadis berkepang dua ingin menari. Menari dengan panas. Silau dan menyengat. Menari lincah bersamanya. Kaki kiri menapak, kaki kanan melayang. Kaki kanan menapak, kaki kiri
melayang. Lalu, kaki kanan dan kaki kiri menapak jalan beraspal
bersama-sama. Tujuh, Delapan, Sembilan. Begitu hitungannya. Bunga matahari. Kelopak demi kelopak dipetik sempurna dan disematkan di kepang-kepangnya. Tepat! Itu mahkotanya!
Jangan hujan!
Gadis berkepang dua akan sedih. Label: Gila dan bodoh. Mereka menyebutnya begitu.
Oh tidak. kamu pun menyebutnya begitu. Gadis berkepang dua, gila dan bodoh.
Sudahlah. Beri label sesukamu. Asal jangan hujan. Gadis berkepang dua akan berhenti menari jika hujan.
Cerianya akan hilang bersama matahari. Lalu, tidak ada lagi tawa tegar ditengah padang belukar.
3 komentar:
"Kepang Dua, berhenti menari! Badanmu sudah amat bau mentari, mandi sana!" suruh ibu si gadis berkepang dua itu. :D
@wiwi: "tidak! aku tidak beribu! siapa kamu?!"
*makin drama* :))
Nggak tau, yaaa? :p /korbaniklan
Posting Komentar