"Kebenaran adalah berani, dan kebaikan tidak pernah takut." -William Shakespeare_Measure for measure-

Senin, 26 Maret 2012

Surat Dari Langit #5

Sebentar cerah. Sebentar mendung. Sebentar tanpa awan. Sebentar tanpa matahari. Sebentar tanpa bintang.
Sebentar biru. Sebentar ungu. Sebentar kuning. Sebentar hitam. 

Jangan salahkan aku, gadis. 
Aku mengikuti hatimu, yang sebentar sedih, sebentar senang. 
Sebentar menangis. Sebentar tertawa. Sebentar melangkah. Sebentar berhenti.


Benahi hatimu, gadis. 
Karena tidak selamanya aku mengikuti hatimu. 

Dengan penuh semangat untuk menemanimu, gadis.
Langit.

images random from google
Read: Surat dari Langit #4

Senin, 19 Maret 2012

LIFE LESSON

Saya belajar banyak hal akhir-akhir ini. Sampai saya pikir semua ini terlalu berlebihan dan otak tidak cukup menampung sebanyak ini. Saya belajar tentang menyayangi sepenuh hati dan jatuh karenanya. Saya belajar mengenal sifat dan sikap orang-orang yang sempat dan sedang terlibat dalam hidup saya yang penuh warna. Saya belajar menertawakan masalah bersama para sahabat. Saya belajar mengontrol hal-hal yang tidak dapat saya kontrol sebelumnya. Dan saya belajar percaya. 
Tentang menyayangi sepenuh hati, ternyata tidak dapat kamu kontrol menjadi persentase. "Cintai pasanganmu 10%, 50%, atau 80% saja." Berapa banyak 80% itu? Saya pikir saya pintar menakar perasaan. Ternyata saya tidak sepintar itu. Perasaan tidak bisa dibatasi menjadi sekian persen. Saya menyadari bahwa totalitas sudah mendarah daging. Dan karenanya saya terbang tinggi lalu jatuh dengan bunyi yang cukup keras. Errr, dan tentu saja, sakit. Tapi saya belajar. Belajar bersyukur dan tetap berdiri dengan kepala tegak. 
Orang-orang berubah. Tentu saja. Mereka bilang yang tidak akan pernah berubah adalah perubahan itu sendiri. Siapapun punya kesempatan untuk berubah. Saya pun berubah. Orang-orang yang saya putuskan untuk saya sayangi pun berubah. Dan ternyata, perasaan pun dapat berubah. 
Saya naif. Saya pikir jika kamu menyayangi seseorang, meletakkannya sebagai dasar, maka dalam keadaan paling mendesak pun, perasaan sayangmu tidak akan berubah. Tidak. Bukan seperti itu alurnya bagi beberapa orang. Mereka bilang perasaan sayang bisa hilang begitu saja. Akhirnya saya belajar satu hal, bahwa untuk urusan mencintai, hanya Tuhan yang tidak pernah berubah.
Saya juga belajar menunggu. Memberi kesempatan pada yang seharusnya layak diberi kesempatan, untuk berubah. Berubah menjadi lebih baik. Tuhan memberi saya kesempatan begitu banyak untuk memperbaiki hal-hal yang sudah saya kacaukan. Mengapa tidak untuk orang lain? 
Seperti tentang perasaan yang timbul-hilang. Saya menunggunya untuk menjadi timbul-hilang-timbul-timbul-timbul. Tapi bukankah kita hanya manusia biasa? Punya kontrol terbatas, bahkan untuk diri sendiri. Akhirnya saya belajar satu hal lain, bahwa kita tidak bisa mengontrol perasaan orang lain. Lakukan hal terbaik, tinggalkan harga diri, dan mereka tetap akan meninggalkanmu jika mereka bersikeras. Jika begitu, maka yang dapat kamu lakukan adalah mengontrol perasaanmu sendiri. Untuk mengurangi, menambahkan, atau ikut menghilangkan perasaan, hanya proses yang akan menjawab. Kamu menyayangi sepenuh hati, ingat? Tentu saja tidak bisa hilang begitu saja, seperti memasak mie instan yang hanya dalam 3 menit selesai.
Tentang sifat, ternyata saya terlalu percaya diri untuk menilai orang lain. Bahkan ketika kamu sudah mengenal dan hidup bersamanya bertahun-tahun, kamu akan selalu menemukan hal baru dan biasanya akan berakhir dengan kejutan. Manusia mudah berubah, ingat? 
Tentang menertawakan masalah, saya heran ternyata saya mampu melakukannya. Karena sahabat. Untuk masalah yang sepertinya urusan hidup dan mati, pada akhirnya akan dibuat seperti dagelan. Mungkin tidak dapat membantumu melewati malam hari dengan menangis tersedu-sedu, tapi pasti akan membantumu memberi keberanian untuk melangkah kedepan. 
Tentang mengontrol, saya akhirnya sadar bahwa kontrol itu penting. Kendalikan dirimu untuk hal apapun. Bertekunlah dan kurangi kecepatan jika memang diperlukan. Atau jika harus berhenti dan mencoba jalan lain, maka lakukanlah. 
Tentang percaya, mau tidak mau, saya harus mengatakan bahwa hanya Tuhan yang dapat saya percaya. Mempercayai manusia itu fatal. Kenapa saya sering sekali melupakan hal ini? Padahal tangan saya sendiri sering menuliskannya di tulisan-tulisan sebelumnya. 
Tentang mempercayai satu hal, jika sudah membuat tujuan, jika meyakini akan terjadi, maka seharusnya tidak ada kata menyerah, apapun yang menghalangi. Mudah menyerah bukan bagian dari kedewasaan. Saya akan mencatat hal ini baik-baik.
Lalu tentang semuanya, saya menyadari bahwa hidup hanya tentang proses. Seperti kata-kata yang sempat melintas di otak yang sedang oleng akhir-akhir ini, "ini hanya persoalan biasa, semua manusia menghadapinya, dan ini giliranmu, anak muda."

images random from google

Senin, 12 Maret 2012

DUA PASANG TANGAN

Suatu hari, sepasang tangan dengan jari panjang dan kuat datang menghampiri sepasang tangan yang lain dengan jari-jari pendek dan cukup rapuh. Sepasang tangan kuat ini memperkenalkan dirinya. Tangannya menggenggam kuat dan pasti. Lalu, hari-hari berlalu dan tangan kuat ini semakin erat menggenggam tangan dengan jari-jari pendek itu. Dua pasang tangan dengan bentuk jari-jari yang berbeda memutuskan untuk saling menggenggam. 
Jika kamu hidup, maka masalah tidak akan berhenti datang dalam hidupmu. Pada saat itu, dua pasang tangan menyadari bahwa akan selalu ada masalah. Karena itu dua pasang tangan berjanji untuk saling menggenggam dan menghadapi masalah bersama-sama selama mereka hidup. Dua pasang tangan menentukan tujuan dan mimpi. Dua pasang tangan merancang tujuan, membangun mimpi, dan menulisnya dalam dua loh hati, lalu menyerahkannya pada Tuhan. 
Dua pasang tangan mulai melangkah. Janji untuk tidak saling melepas. Janji untuk tetap bersama. Janji untuk berjuang sampai akhir. Janji untuk sampai pada tujuan dan membuat mimpi menjadi nyata. Ah, tidak ada yang mustahil. Tuhan bersama mereka. Tuhan meletakkan tanganNya diatas dua pasang tangan ini. Dua pasang tangan mulai saling mengayun dan bergembira. 
Suatu hari, badai pertama datang. Tangan dengan jari-jari pendek mulai gemetar. Lunglai dan takut. Pelan-pelan genggamannya mengendur. Tapi tangan dengan jari-jari panjang itu sigap. Tangannya tetap menggenggam dengan kuat. Tangannya menepuk lembut untuk mengatakan "Kuatlah. Ada tujuan dan mimpi-mimpi yang kita tulis dalam dua loh hati. Tangan ini akan selalu menggenggam untuk melewati badai ini dan melanjutkan tujuan yang masih panjang." Indah. Tangan dengan jari-jari pendek tidak lagi lunglai dan rapuh. Kuat kembali karena diyakinkan. Menggenggam kembali dengan lebih kuat. Tangan dengan jari-jari yang indah. Itu favoritnya. Tangan yang akan selalu kuat dan yakin. 
Tangan dengan jari-jari panjang hanyalah tangan. Tentu pernah gemetar karena badai yang lain. Tapi ingat dengan janji untuk saling menggenggam? Ingat dengan tulisan pada dua loh hati? Itulah yang membuat dua pasang tangan bertahan untuk saling menggenggam. 
Tapi ini hidup. Tidak pernah sempurna jika tidak bertekad untuk menjadi sempurna. Tangan dengan jari-jari panjang melemah. Lelah dan tidak lagi tertarik untuk menggenggam dan mencapai tujuan. Tangan dengan jari-jari pendek mencoba untuk menggenggam kuat, mencoba untuk menyemangati seperti yang telah dilakukan oleh tangan dengan jari-jari panjang di masa lalu. Mengingatkan janji yang pernah diucapkan. Menunjukkan tulisan pada dua loh hati. 
Kali ini tidak berhasil. Tangan dengan jari-jari panjang memilih untuk melepas. Disini, tangan dengan jari-jari pendek sendirian. Tidak berhasil menggenggam. Tangan dengan jari panjang memilih pergi. Menghancurkan tulisan pada dua loh hati. 
Hei, tangan dengan jari-jari panjang, dimana kekuatan dan keyakinan itu? Hari itu kau membuat tangan dengan jari-jari pendek ini terpukau. Membuat tangan-tangan lain ikut terpukau dan berebut untuk memegangmu. 
Tuhan meletakkan tanganNya diatasmu juga. Lalu kenapa bersikap bodoh dengan melepasnya? 
Kembalilah, tangan dengan jari-jari panjang yang kuat. Tangan dengan jari-jari yang pendek ini masih siap untuk menggenggam tanganmu sebelum akhirnya ikut lunglai. Ingat pada tulisan dua loh hati. Tujuan dan mimpi tidak dibuat begitu saja. Tujuan dan mimpi tidak dibuat saat iseng. Menjadi berani sama mudahnya dengan menjadi takut jika kau ingin.
Jika saat itu itu dua pasang tangan saling bertaut dan meminta Tuhan untuk ikut bergabung meletakkan tanganNya diatas dua pasang tangan, maka seharusnya tidak ada yang mustahil. Bukankah itu yang disebut keyakinan yang tangguh? 

images from HERE


Kamis, 08 Maret 2012

Long Distance

Long Distance - Brandy

There's only so many songs
That I can sing to pass the time
And I'm running out of things to do
To get you off my mind
Ooohh, no

All i have is this picture in a frame
That I hold close to see your face every day


With you is where I'd rather be
But we're stuck where we are
And it's so hard, you're so far
This long distance is killing me

I wish that you were here with me
But we're stuck where we are
And it's so hard, you're so far
This long distance is killing me

It's so hard, it's so hard
Where we are, where we are
You're so far, this long distance is killing me
It's so hard, it's so hard
Where we are, where we are
You're so far, this long distance is killing me

Now the minutes feel like hours
And the hours feel like days
While I'm away
You know right now I can't be home
But I'm coming home soon,coming home soon

All i have is this picture in a frame
That I hold close to see your face every day

With you is where I'd rather be
But we're stuck where we are
And it's so hard,you're so far
This long distance is killing me

I wish that you were here with me
But we're stuck where we are
And it's so hard, you're so far
This long distance is killing me


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...