Seorang perempuan memakai gaun sederhana dan aksesorisnya. Beberapa
menit ia mengecek kembali make-up minimalisnya. Ia menyisir kembali
rambutnya yg hanya diberi jepit hitam polos. Lalu ia siap. Ia
menatap kedepan dan memulai pidatonya. Tanpa kertas contekan, tanpa
orang lain yang membisikinya lewat earphone, hanya bermodal keyakinan,
ia membuka pidatonya.
"Perempuan yang ini..."
Jeda sejenak, ia menghela nafas. Kemudian ia meneruskan,
"Perempuan yang ini, diberi masalah yang begitu memberatkan baginya, karena seseorang yakin, bahwa perempuan ini pintar mengatasi masalah. Perempuan yang ini, seakan-akan tidak diberi jeda panjang untuk setiap masalahnya karena seseorang yakin bahwa perempuan ini cukup berotot dan berotak untuk menghadapi lebih dari satu masalah dalam waktu bersamaan. Perempuan yang ini diberi kekuatan ekstra karena seseorang yakin perempuan ini pantas mendapatkannya. Perempuan yang ini maju dengan berani karena hanya keyakinan yang ia punya. Jadi, perempuan yang ini pasti bisa mencapai garis finish dengan kemenangan. Perempuan yang ini pasti bisa menyentuh mimpinya dan membuatnya menjadi nyata. Perempuan yang ini tidak biasa. Perempuan yang ini tidak mau menjadi biasa saja. Sekian."
Ia menutup pidatonya. Lalu ia menatap kedepan, ingin melihat reaksi pendengarnya. Ah, berhasil. Ia yakin. Pendengarnya yakin. Kalau begitu sudah cukup berpidato. Ia hanya butuh tatapan meyakinkan itu. Lalu ia membersihkan cermin dihadapannya. Mengecek kembali make-up minimalisnya. Merapikan kembali rambutnya. Dan ia siap. Ia membuka pintu kamar dengan percaya diri, dengan kekuatan penuh, dan siap menghadapi dunia.
Jeda sejenak, ia menghela nafas. Kemudian ia meneruskan,
"Perempuan yang ini, diberi masalah yang begitu memberatkan baginya, karena seseorang yakin, bahwa perempuan ini pintar mengatasi masalah. Perempuan yang ini, seakan-akan tidak diberi jeda panjang untuk setiap masalahnya karena seseorang yakin bahwa perempuan ini cukup berotot dan berotak untuk menghadapi lebih dari satu masalah dalam waktu bersamaan. Perempuan yang ini diberi kekuatan ekstra karena seseorang yakin perempuan ini pantas mendapatkannya. Perempuan yang ini maju dengan berani karena hanya keyakinan yang ia punya. Jadi, perempuan yang ini pasti bisa mencapai garis finish dengan kemenangan. Perempuan yang ini pasti bisa menyentuh mimpinya dan membuatnya menjadi nyata. Perempuan yang ini tidak biasa. Perempuan yang ini tidak mau menjadi biasa saja. Sekian."
Ia menutup pidatonya. Lalu ia menatap kedepan, ingin melihat reaksi pendengarnya. Ah, berhasil. Ia yakin. Pendengarnya yakin. Kalau begitu sudah cukup berpidato. Ia hanya butuh tatapan meyakinkan itu. Lalu ia membersihkan cermin dihadapannya. Mengecek kembali make-up minimalisnya. Merapikan kembali rambutnya. Dan ia siap. Ia membuka pintu kamar dengan percaya diri, dengan kekuatan penuh, dan siap menghadapi dunia.
Oh! Tunggu dulu! Ia meninggalkan sesuatu. Perempuan itu kembali ke tempat ia berdiri saat berpidato, di depan cermin. Ia menatap cermin itu selama dua detik, lalu tersenyum. Itu dia. Ia menatap senyumnya, mengambil senyumnya dari cermin, memakai senyuman itu untuk menghadapi dunia satu hari ini. Langkahnya ringan. Ia tahu langkahnya akan ringan hari ini. "Pidato yang memuaskan." Katanya dalam hati, lalu meneruskan langkahnya.
this image from here |
9 komentar:
*numpang salto*
waw :)
perempuan yang ini adalah perempuan kuat yang selalu tersenyum dalam kondisi apapun meski harus ditopengi dengan senyum dari cermin yang memberikan senyuman.. :D
Huyuh, harus komen apa ini? :S
Good job, deh, Kak! /eh
@poni: manusia poni yang ini emang minta dilipet. kres! *ambil gunting*
@elfira: wow wow! :D
@ayu: woh sipp! additional words darimu ya ayu. hehehe :)
@wiwi: apaa yaa apaa.. hahaha good comment juga dek! :D
iya mbak.. :D
kata-kata kontemplasi aja.. :)
perempuan hanya punya tempat di ruang private-nya ya? Tidak punya tempat di ruang publik ... what a pity ... Semoga perempuan itu bukan km Fe ...
keren kata2nya
suka deh :)
@ayu: sip! :)
@madam: lebih banyak kasus begitu madam. bukan tidak punya tempat di ruang publik. hanya jarang diberi kesempatan punya tempat di ruang publik. aduh, saya bukan ya? what a pity dong kalo saya. like you said, madam. gak mau ah kalo gitu. hahaha
@dhanni: aaahhhh bisa aja deehh.... *toyorbahu* :P
Posting Komentar